Mohon tunggu...
Tommy Jomecho
Tommy Jomecho Mohon Tunggu... Lainnya - Statistisi. Desainer. Penulis. Gamer.

Manusia, dosa dan hijrah. Tempatnya salah, tempatnya dosa. Mencoba berbenah, mencoba berubah. Bisa! Allahuakbar!

Selanjutnya

Tutup

Money

Bayang-bayang Kapitalisme

14 November 2017   18:57 Diperbarui: 14 November 2017   19:43 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Smith setuju bahwa serakah adalah sifat dasar manusia. Namun begitu, sifat tersebut bukanlah bencana. Bagi Bapak Ekonomi ini, serakah mendorong setiap individu berkompetisi dan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Hal tersebut diyakininya dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pembangunan secara keseluruhan.

Sayangnya, Smith melupakan satu hal. Sistem yang ia bangun menyisakan persoalan kepincangan dan kesenjangan sosial yang menjadi. Yang kaya makin kaya, yang miskin kian melarat.

Dalam sejarahnya, menyerahkan pengaturan ekonomi pada mekanisme pasar, sejatinya bukanlah teori baru pada masa itu. Jauh sebelumnya, Epicurus sudah mengetengahkan konsep hedonisme (individualisme). Sementara itu, Francis Quesnay juga sudah membicarakan minimalisasi campur tangan pemerintah. Itulah mengapa ajaran Smith disebut klasik oleh musuh bebuyutannya Karl Marx. Karena pemikiran pria kelahiran Skotlandia tersebut sudah lebih dulu diutarakan para pendahulunya (Deliarnov, 1995).

Meski naluri individu mencari keuntungan menggebu tapi Smith menjamin bahwa mereka tak bisa seenaknya menetapkan harga di atas harga pasar. Jika nekat, maka tak akan ada yang membeli produknya. Alhasil, profit terjun bebas dan pemodal menanggung rugi. Tentu tak ada yang menginginkannya.

Dengan mekanisme pasar, pemerintah tak perlu repot-repot mengatur harga. Melalui tangan tak kentara (invisible hand), harga akan selalu berada pada titik keseimbangannya. Di sinilah fundamental pemikiran ekonom klasik dengan paham liberalisme. Laissez Faire Laizzes Passer, biarkan semua terjadi biarkan semua berlalu.

Dalam perjalanannya, sistem liberal menyisakan persoalan kesenjangan. Hal ini pula mendasari Marx membenci liberalisme. Lahir di kalangan proletar (kaum buruh), Marx tahu betul bagaimana pemodal memeras keringat dan darah para pekerja. Pemodal terus memperkaya diri dengan akumulasi modalnya. Sementara buruh dipaksa menerima upah rendah, hidupnya pun kian menderita kering kerontang.

Marx bahkan meramalkan, akan datang suatu masa dimana proletar memberontak dan liberalisme runtuh berantakan. Anehnya, ramalan tentang kehancuran liberalisme oleh Mark nyatanya tak terbukti. Setidaknya sampai saat ini, liberalisme masih bertahan. Bahkan sebaliknya, negara yang sebelumnya menganut paham sosialisme banyak yang membuka diri dengan ekonomi pasar, sebut saja China. Bahkan, Uni Soviet dengan sosialismenya terbukti gagal dan hancur berkeping-keping.

Sejauh ini, ekonomi klasik teruji ampuh membawa maju negara-negara yang menganutnya. Ketahanan liberalisme kuat karena sistem liberal yang diterapkan sesungguhnya tak sepenuhnya bebas. Praktis ada campur tangan pemerintah dalam menjaga sistem tetap pada koridornya. Inilah yang diterapkan di banyak negara, utamanya penganut Keynesianisme.

Indonesia sejatinya ke arah sana. Seiring kian tenggelamnya ekonomi pancasila yang direflesikan dengan koperasi. Perdagangan bebas yang disepakati dan deregulasi yang dilakukan seakan menguatkannya.

Liberalisme memang mampu memacu pertumbuhan tapi tak menjamin inklusif. Karenanya, kesenjangan dan kepincangan ekonomi adalah suatu keniscayaan. Jika berlarut-larut bukan tak mungkin pengusaha kecil terhimpit, petani rakyat tergusur dan asing semena-mena. Oleh karenanya, campur tangan pemerintah amat diperlukan untuk melindungi jelata dari cengkraman kapitalis.

Pemerintah sebaiknya hadir penuh melindungi rakyat kecil. Bukan sekedar kartu sakti tapi juga regulasi berarti. Jangan sampai ekonomi kerakyatan yang hampir raib berganti dengan kapitalisme tak sehat (monopoli dan oligopoli). Sungguh, tak ada yang menginginkan keadilan sirna dari bumi pertiwi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun