Mohon tunggu...
Tommy Aditya
Tommy Aditya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Financial

Gol, Indonesia!

22 Juni 2018   23:04 Diperbarui: 22 Juni 2018   23:12 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Perayaan olahraga merupakan event yang dinanti-nanti seluruh lapisan masyarakat sehingga persiapan untuk acara tersebut harus bombastis dan sempurna. 

Sebagai contoh, Piala Dunia Rusia 2018 akan menyambut kedatangan 1,5 juta wisatawan ke negara Tirai Besi ini; tak heran pemerintah Rusia mengeluarkan dana sebesar USD14,2miliar (77% untuk infrastruktur) untuk merias diri dan menjamin kenyamanan pelaksanaan vent dimaksud. 

Tak kalah heboh, Jakarta -- Palembang juga berbenah diri dalam mempersiapkan Asian Games 2018 yang diperkirakan akan menarik 280 ribu wisatawan; pemerintah RI juga menganggarkan sebesar USD1,7miliar (72% untuk infrastruktur) guna menjamin kesuksesaan penyelenggaraan pesta olahraga terbesar di Asia dimaksud. 

Tetapi kalau konferensi yang hanya dihadiri 'kaum elite' seperti IMF/World Bank Annual Meeting 2018 apakah perlu dipersiapkan dengan euphoria yang sama? Acaranya kan tidak ada keterkaitannya sama masyarakat luas, untuk apa sih pemerintah menghamburkan dana hingga 855 miliar rupiah (USD 60,6 juta) untuk acara tersebut? Acara ini toh tidak akan se-memorablehattrick ke-51nya Christiano Ronaldo di Piala Dunia 2018.

Ada baiknya kita kupas dari hal yang paling tabu untuk dibicarakan, anggaran. Komen netizen yang beredar memang tidak lepas dari stigma IMF yang buruk pasca krisis Asia 1997/98, dimana Indonesia harus menandatangani beberapa package deal reformasi sebagai prasyarat untuk menerima dana IMF (beserta bunga) dimaksud. 

Kalau kita analisa lebih dalam, kondisi ekonomi Indonesia saat itu ambruk karena nilai mata uang USD/IDR yang anjlok sehingga terdapat tekanan inflasi yang mencapai 77,6% di tahun 1998 (FYI, target inflasi Indonesia saat ini +3,5%). 

Ketika harga mendadak melejit, akhirnya masyarakat pun panik dan mencari kambing hitam yaitu rejime pemerintah saat itu yang berhutang terlalu banyak. Alhasil, pemerintah pun kehabisan dana dan harus mencari last resort yaitu dana dari IMF untuk melakukan financing utang yang ada. 

Seharusnya sih, wajar saja bagi seorang kreditur untuk memberikan dana dengan biaya bunga guna menanggung risiko yang ada, tetapi memoar buruk yang ujug-ujugnya menciptakan kerentanan politis inilah yang sampai saat ini menjadi momok dari pendanaan IMF

Wahai netizen, yuk menyikapi setiap peristiwa dengan lebih krisis. Penyelenggaraan IMF/WB ini justru akan menjadi momentum yang sangat baik untuk membuktikan bahwa Indonesia adalah negara yang reformed, progresif dan resilient setelah menghadapi keporak-porandaan ekonomi dua dekade silam. 

Rasio anggaran penyelenggaraan IMF/WB ini juga masih reasonable apabila dibandingkan dengan Asian games (1:28) atau World Cup (1: 234), yang tentunya dengan pengalokasian anggaran yang govern dan baik. 

Tante Ani (iya, Ibu Sri Mulyani) dan segenap tim nasional yang bertugas mengonfirmasi bahwa alokasi anggaran diperuntukkan untuk vendor dalam negeri dan akan memberikan manfaat bagi Bali sebagai destinasi konferensi dan wisata (Patung GWK akhirnya akan rampung lho!) yang terkenal di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun