Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Meng-Amazon-kan" Indonesia

30 Oktober 2015   15:47 Diperbarui: 30 Oktober 2015   16:20 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai penikmat yang bukan pakar, bagi saya, menikmati dan mencoba memahami trend yang sedang terjadi saat ini sungguh menjadi sesuatu yang menarik dan membangkitkan rasa antusias.Bagaimana tidak, trend trend baru itu bukan hanya sekedar bersifat periodik atau sekedar musiman melainkan mampu merevolusi berbagai Industri di dunia.Mulai dari gaya hidup, pola kerja, perilaku hingga pergeseran pola pikir manusia itu sendiri.Tak perlu jauh jauh, saya akan berikan satu contoh kecil yang masih hangat.Siapa yang tak kenal Gojek, atau jangan jangan anda adalah salah satu konsumen setia Gojek?Kasus ojek yang menjadi sumber mata pencaharian bagi beberapa golongan ini mendadak booming! Saat Nadiem Markarim menciptakan sebuah aplikasi yang menghubungkan para pengojek pada konsumen melalui sebuah aplikasi yang dapat di operasikan melalui smartphone.Tiba tiba saja seorang Dosen, mahasiswa, direktur, termasuk saya melamar menjadi seorang tukang ojek, ojek digital lebih tepatnya.Dengan sentuhan teknologi, simsalabim, abrakadabra cusss revolusi dunia perojekan terjadi.

Melihat pergeseran ini (sebuah respon yang bagus dari Presiden Jokowi) beberapa hari yang lalu seperti kita ketahui, Presiden Jokowi pergi ke Amerika untuk bertemu Presiden Obama dan bos bos besar Teknologi.Tapi sayang karena beberapa alasan beliau harus pulang lebih dulu ke Indonesia, hingga akhirnya posisinya diwakili oleh menteri menterinya.Banyak istilah untuk menggambarkan usaha pemerintah Indonesia dalam merespon kemajuan kemajuan tersebut, ada yang menyebut "Ekonomi Digital" atau ada juga yang mencoba mengaplikasikanya dengan mencoba membuat Silicon Valley di Indonesia salah satunya rencana pengembangan Bandung Teknopolis yang rencananya akan menjadi Silicon Valley nya Indonesia.Seperti kita semua tahu Silicon valley adalah julukan bagi daerah selatan dari San Francisco Bay Area, California Amerika Serikat (saya sendiri belum pernah kesana), dan banyak perusahaan Teknologi di daerah ini.

Melihat fenomena ini saya jadi berpikir betapa enaknya orang jaman sekarang.Loh maksud nya enak apanya?Maksud saya kita tidak lagi hidup di jaman dimana teknologi (dulu gelembung dot com) tidak lagi diragukan untuk dipadukan dengan kemajuan berbagai bidang.Oleh karena  itu saya ingin mengaitkan fenomena ini dengan sebuah contoh kasus,sebuah situasi dan sesosok Pribadi: "Jeff melawan seluruh dunia!".

Loh maksudnya?biar saya jelaskan.Siapa itu Jeff?Jeff adalah Jeff Bezos sang pendiri Amazon sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Amazon saat ini.Dia lah orang terkaya nomor tiga di Amerika saat ini.Loh amazon itu apa sih? Amazon sendiri adalah sebuah perusahaan dagang elektronik Multinasional, eh atau agar singkat tapi menggambarkan secara tepat saya akan memakai judul buku yang ditulis oleh Brad Stone untuk menggambarkan apa itu Amazon."The Everything Store" itulah kalimat yang tepat yang saya pinjam dari judul buku yang sama.Lalu apa hubunganya dengan "Jeff melawan seluruh dunia".

Saya sendiri belum pernah berbelanja di Amazon, tapi sekedar untuk menambah wawasan kita Amazon saat ini adalah hasil dari ambisi Jeff di antara Skeptisme orang orang terhadap internet (perusahaan dot com) kala itu.Dari sekian banyak cibiran dan tantangan, Ravi Suria , seorang ahli yang bekerja pada sebuah lembaga riset dan keuangan adalah sosok yang cukup keras dan kritis dalam mengkritik dan pesimis terhadap bisnis Amazon kala itu.Yang menjadi masalah adalah dia tidak melakukanya secara membabi buta, melainkan melalui riset dan metode metode yang valid.Setelah itu dia akan membuat laporanya dan menghembuskanya kepada media, tak pelak lagi hal itu pun membuat kepercayaan Investor terhadap Amazon hancur berkeping keping.Harga sahamnya runtuh perlahan lahan.Tapi nyatanya sekarang?Terlalu panjang jika saya harus menceritakan semua kisahnya.Tapi seperti yang dikatakan Jeff " selama kami fokus memberikan yang terbaik pada pelanggan maka kami akan baik baik saja".

Kini (dalam pemahaman saya yang sederhana) tak ada lagi skeptisme kepada internet, bahkan Indonesia sendiri termasuk salah satu pasar terbesar bagi produk produk teknologi, dan di bawah kepemimpinan Jokowi sedang berusaha merubah haluan untuk menjadi salah satu pemain besar dalam bidang digital ini.Salah satunya adalah dengan mengembangkan startup startup lokal.Tentu kita tak perlu se-ekstrim Tiongkok dimana mereka (entah untuk melindungi produk lokal/takut akan penyadapan) sampai harus memblokir beberapa perusahaan seperti Google, Facebook, dan beberapa produk teknologi lainya.Tiongkok sendiri punya weibo yang sering disebut twitter nya Tiongkok, dan Alibaba yang disebut Amazon nya Tiongkok, dan Baidu yang disebut Google nya Tiongkok.

Fenomena gojek sendiri adalah sebuah kemajuan Indonesia untuk berlari dan menjelma sebagai pemain besar di industri ini.Saya contohkan saja Grab taxi dari malaysia atau uber dari Amerika ,bagaimana dua perusahaan teknlogi itu mampu berekspansi hingga keluar negeri walaupun ada tantangan dari sana sini.Lalu bagaimana dengan Gojek (saya tambahkan) Lazada, Buka lapak, tokopedia (perusahaan internet / dot com) di Indonesia?Nah dari segi kepercayaan kini peran teknologi sendiri tak lagi diragukan Masyarakat Indonesia, hanya saja sekarang tantangan para Teknopreneur  (Istilah untuk pengusaha berbasis teknologi) Justru datang dari regulasi dan pemerintah sendiri.Contohnya saja Kasus Gojek yang hingga saat ini belum selesai selesai.Hal itu di buktikan dengan penganiyayaan yang diterima beberapa pengemudi Gojek, Demikian juga langkah antisipasi Gojek yang memperbolehkan para pengojek untuk tidak memakai atribut Gojek adalah bukti bahwa pemerintah belum bisa memberi rasa aman terhadap pengusaha Ojek digital (Teknopreneur).Kalau begitu alangkah baiknya jika ambisi pemerintah di iringi dengan perbaikan regulasi demi menopang kemajuan startup lokal.Dengan maju nya perusahaan berbasis digital tentu kita tidak berharap mereka yang bergerak secara offline akan mati, melainkan maju secara berdampingan.Hal ini telah di buktikan oleh Amazon dimana mereka mampu melakukan sinergi dengan berbagai perusahaan offline ( yang tidak berbasis digital) sehingga mencapai keuntungan bersama.

Dari contoh kasus tadi kita bisa melihat bagaimana Jeff Bezos dihadapkan pada tantangan perspektif:Skeptisme dan pesimisme berbagai kalangan (investor dan masyarakat).Sementara Nadiem Markarim dihadapkan pada kepercayaan tinggi masyrakat dan Investor tapi mendapat tantangan dari regulasi serta sikap pasif pemerintah itu sendiri.Kalau begitu akankah gembar gembor Dan usaha pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain besar di bidang digital akan berhasil?

Semoga Nadiem Markarim dan para Inovator inovator indonesia di bidang teknologi lainya sukses dan mampu menjadikan Indonesia menjadi lebih baik.Semoga mereka kuat dan tak menyerah sama seperti saat "Jeff melawan seluruh dunia"

 

Bandung, 30 okt 2015

Penikmat yang bukan pakar

sumber gambar: www.bryaneisenberg.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun