Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Memang Mencintai Dia, atau Cuma Nggak Terima Diputusin?

13 April 2016   18:55 Diperbarui: 15 April 2019   13:33 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Idealnya dasar yang menjadi perekat sebuah hubungan (pacaran) adalah cinta. Cinta sendiri bukanlah sebuah benda materil yang dapat dilihat hingga dijamah bentuk rupanya. Cinta adalah perasaan yang hidup yang membuat seseorang tertarik untuk menjalin hubungan yang serius dengan lawan jenisnya.

Tak berhenti sampai disitu, cinta juga bisa membuat seorang pemuda tampan nan kaya raya bertekuk lutut dihadapan seorang gadis desa agar mau jadi kekasihnya. Cinta dalam konteks serius, yang saya sebut dengan cinta kingkong (karena kalau cinta monyet itu untuk remaja) adalah perasaan seseorang terhadap orang yang ditaksirnya agar mau membuat komitmen bersama dirinya. 

Contohnya begini; saya naksir dengan Mikha Tambayong, maka saya menyatakan perasaan saya pada Mikha Tambayong," mau kah kau menjadi pacarku?"

Jika dia mau nerima cinta saya berarti matanya rabun haha. Lalu misalnya dia menerima pernyataan cinta saya, tentu setelah itu yang terjadi adalah sebuah komitmen dimana Mikha dan saya berpacaran,kalo lanjut, berjanji untuk selalu bersama baik suka ataupun duka, saling mengasihi, selalu setia hingga akhirnya pada hari yang ditentukan menetapkan tanggal pernikahan (aminnn hahaha).

Tapi pada kenyataanya cinta yang idealnya menjadi dasar sebuah hubungan tidaklah selalu menawarkan sebuah kepastian.

(Bukan cintanya yang salah melainkan mata hati kitalah yang kurang tajam untuk menangkap, untuk memastikan, hingga mengenal secara dalam, apakah perasaan yang tumbuh dalam hati saya ini adalah cinta? nafsu? atau sekedar pelampiasan untuk mengusir sepi saja?)

Sebagai penikmat yang bukan pakar, kenapa saya berkata demikian?Begini yang namanya sebuah hubungan baru, baru sehari dua hari apalagi masih masa pedekate, pasti perasaan kita masih berbunga-bunga,mesra, lautan diselami jurang dilompati,apapun yang dia mau kita berusaha untuk memenuhi.Di hadapanya kita selalu ingin terlihat berwibawa dan keren, lalu timbul pertanyaan apakah perasaan yang berbunga-bunga itu akan tetap bertahan setelah jadian?

Kalau ternyata setelah menjalin kasih dua hari, dua tahun, pernikahan ditahun kedua, punya anak dua, memiliki cucu dua, perasaan cinta itu masih ada berarti cinta model beginilah yang seharusnya menjadi dasar sebuah hubungan, oleh karena itu pembahasan mengenai ini pun selesai (saya tak perlu jabarkan perasaan macam apa itu karena pasti semua sudah pada ngerti, apalagi pembaca kompasiana itu pinter-pinter)

Kenapa saya sudahi? ya karena saya belum menikah dan punya pengalaman menjalin kasih sampai pada titik Golden Wedding wihh boro-boro nembak cewek aja di tolak mulu haha. Namun hal yang ingin saya ceritakan adalah ini;

Saya memiliki seorang teman pria yang telah berpacaran sekitar lima tahunan. Mungkin karena sudah agak jenuh dengan kekasihnya hubungan mereka lebih sering berantemnya dari pada akurnya, mirip Tom and Jerry lah pokoknya. Sikapnya terhadap pacarnya juga cuek-cuek bebek, intinya tak lagi sehangat masa-masa awal berpacaran. Bahkan pernah dia curhat kepada saya mengenai perasaanya apakah dia benar-benar masih mencintai pacarnya itu atau tidak. Dia mulai ragu.

Keraguan tersebut membuat dia secara pribadi pun tak dapat memahami perasaanya sendiri.Kalau dibilang tak cinta lagi dia belum sanggup untuk memutuskan hubungan, kalau dibilang masih cinta tapi dia tak pernah lagi merasa begitu antusias ketika berhadapan dengan pacarnya itu. Pokoknya dia bingung, kalaupun mau break dia takut pacarnya itu di ambil orang, bahkan dia sempat bilang kalau saat masih menjalani hubungan dengan pacarnya itu dia bertemu dengan sesosok wanita yang bisa membuat hidupnya kembali berwarna mungkin disitulah dia akan memutuskan kekasihnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun