Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kenapa Saya Masih Suka Mendengarkan Radio?

23 Juli 2016   20:26 Diperbarui: 25 Juli 2016   13:13 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dunia yang sudah serba digital seperti sekarang ini, untuk mendengarkan lagu, kita tak perlu lagi membeli kaset.Kita tinggal download di internet, nonton youtube atau beli kaset Mp3 bajakan.Copy di komputer , pindahin ke hape , kelar, ratusan lagu pun dapat didengarkan dimanapun dan kapanpun kita mau.Dengan perangkat tambahan seperti headset, maka kita dan musik tak lagi terpisahkan.

Karena kemajuan teknologi saat ini beberapa orang pun memprediksi tanpa kehadiran mobil radio sudah lama mati.Alasanya sederhana, karena menyetir dan mendengarkan radio adalah kombinasi ideal.Saya sendiri belum melihat hasil survei apakah jumlah pendengar radio di tanah air makin turun atau makin naik.Tapi okelah mari kita serahkan nasib hidup mati radio di masa depan kepada para analis dan futuris.

Saya sendiri memiliki pengalaman pribadi dengan yang namanya radio.Apakah karena saya adalah penyiar radio?Sama sekali bukan.Saya pertama kali jatuh hati untuk mendengarkan radio itu di Bandung.Saat itu saya masih jualan di pasar dan setelah itu bekerja di sebuah toko listrik sebagai seorang kurir.Ada satu zat yang sama dalam profesi ini.Diantara menjadi kurir dan pedagang di pasar keduanya memiliki jalan yang menjemukan.

Di pasar, saat saya berjualan ikan asin mulai dini hari hingga jam sembilan pagi, menunggu pembeli ialah kegiatan paling membosankan.Bahkan saat pembeli datang untuk membeli dagangan , itu pun ialah cengkrama yang menjenuhkan.Karena komunikasi kami paling-paling tak keluar dari konteks tawar-menawar, menghitung kembalian dan mengucapkan terimakasih.Lalu saat jualan ikan asin tak lagi menguntungkan karena harganya yang selalu naik, saya pun jualan kaos kaki dan belanja di pasar baru.

Tapi apapun jualanya entah kenapa saya lebih banyak menunggunya dari pada melayani pembelinya, kalian tahu artinya apa?pertama bisa jadi saya adalah penjual yang buruk yang harus banyak belajar ilmu marketingnya Hermawan Kartajaya  atau, saat saya menjual kaos kaki sepuluh ribu tiga, tak jauh disana ada abang-abang yang menjual kaos kaki  sepuluh ribu lima kualitas impor plus limited edition haha.Tapi pada intinya itulah, berdagang cukup membosankan bagi saya.

Lalu saya memutuskan untuk melamar sebagai kurir, dan tugas saya adalah mengantarkan barang-barang ke pabrik-pabrik di sekitar kota Bandung hingga ke luar kota menggunakan sepeda motor.Dalam pekerjaan ini pun saya bertemu kejenuhan.Perjalanan yang jauh plus macetnya jalanan membuat saya seperti seseorang yang menunggu kekasihnya yang datang jam 10 malam di bandara, tapi malah sudah menanti di bandara dari jam 1 dini hari.Menjenuhkan sekalilah hehe.

Saya menyesal tak menggandrungi radio lebih awal.Sejak saya mengenal Sony Walkman sih saya sudah tahu apa itu radio.Hanya saja waktu itu saya jarang mendengarkan siaran-siaranya.Setengah tahun menjadi kurir barulah saya mulai mendengar radio.Ketika itu mamak saya memberikan saya handphone Nokia kalau tak salah tipenya 1280.Handphone jadul begitu tentu tak bisa untuk menyimpan lagu-lagu.Suatu ketika pas saya lagi bosan menunggu, saya pun coba untuk mendengarkan radio dari handphone tersebut menggunakan headset yang sekaligus menjadi antenanya.

Ketika itu saya tak tahu nama-nama radio di Bandung, namun telinga saya tertegun pada sebuah siaran yang kelak saya pun bergabung pada salah satu program mereka.Radio  itu bernama radio Mora, 88,5 FM.Radio ini memiliki tagline  the law justice station.Radio ini didirikan olen Monang Saragih SH.Melalui berbagai siaranya saya pun disadarkan bahwa radio saat ini belum sepenuhnya berubah sebagai media hiburan belaka.Melalui kepemimpinanya Monang Saragih membuat segmentasi yang jelas akan radio yang dia pimpin.Radio Mora melalui berbagai siaranya memiliki misi dan visi untuk memberikan pencerahan hukum kepada masyarakat.

Seperti misalnya di pagi hari, acaranya adalah "somasi,"yang memiliki arti "sorotan masalah dan informasi."Pada siaran ini siapapun boleh menelepon ataupun mengirim kan sms tanpa dibatasi tema tertentu.Siaran somasi sendiri dibawakan oleh Witarsa Watarman seorang penyiar senior di kota Bandung.Lalu setelah itu dilanjutkan dengan acara "saksi," yang memiliki arti "saran komentar dan  situasi."Saksi sendiri sebelumnya dibawakan dengan humoris oleh almarhum Wildan Nasution, namun setelah Wildan meninggal acara tersebut di isi langsung oleh Monang Saragih.

Monang saragih melalui radio yang didirikanya tak hanya ingin berbicara dan berteriak.Kalau kalian dengar sendiri bagaimana kritisnya radio ini, yang tanpa tedeng aling-aling mengkritisi berbagai pelanggaran hukum, pasti kalian akan kagum.Pernah suatu kali walikota Bandung berencana untuk datang dan berinteraksi ke radio Mora, namun karena pihak Ridwan Kamil sebagai walikota Bandung memberikan persyaratan agar menanyakan hal-hal yang telah mereka tentukan, maka pihak radio Mora pun menolak hal tersebut.Bagi saya pribadi radio mora ialah kompasiana tapi dalam versi audio.Semua orang bebas untuk berbicara.Tentu dengan tetap memperhatikan etika dalam berpendapat.

Sebagai actionya radio yang terus hadir dalam tiap provinsi ini, seperti Aceh, Papua, Sumatera Utara,Bali,Banten sudah sejak lama melakukan sebuah gerakan yang dinamakan "Amor,"singkatan dari "Anggota Mora."Amor ialah pendengar radio Mora yang terus dicerahkan mengenai hukum, taat hukum dan sesuai dengan cita-cita sang pendiri menjadikan indonesia memiliki masyarakat yang berbudaya hukum.Itu sebabnya bagi siapapun anggota mora, maka akan diberikan konsultasi gratis mengenai segala permasalahan hukum yang membingungkan mereka.Sampai detik ini saya masih mendengarkan radio ini.Tak hanya bertemu di udara, anggota Mora pun rajin membuat acara touring ke berbagai daerah di Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun