Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Belajar dari Pendiri Google, Larry Page: Kenapa Harus Mengomersialkan Tulisan?

7 Juli 2016   13:25 Diperbarui: 15 April 2019   13:51 1502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar:tekno.kompas.com

Siapa yang tak kenal Larry Page, bersama sahabatnya Sergey Brin, dia tercatat sebagai pencetus dan pendiri murni mesin pencari raksasa yang kita gunakan sekarang, Google! Larry Page adalah seorang anak yang sedari kecil sudah bergelut dengan dunia komputer. 

Salah satu idolanya semasa kenak-kanak adalah Nikola Tesla, penemu imajinatif yang mempelopori listrik dan sekian banyak inovasi lain, tetapi kalah manuver dari Thomas Edison di bidang bisnis dan meninggal tanpa dikenal. Ketika berusia 12 tahun, Page membaca biografi Tesla dan sedih gara-gara kisah itu."Tesla merupakan salah seorang penemu terhebat, tetapi kisahnya memilukan sekali," kata Page.

"Dia tidak bisa mengomersialkan apapun, dia bahkan nyaris tidak mampu mendanai risetnya sendiri. Andai menjadi penemu, kita ingin seperti Edison. Untuk membantu orang lain, menemukan atau menciptakan sesuatu saja tidaklah cukup.Kita harus melemparkan temuan itu ke dunia, kemudian mendapatkan uang dari sana supaya bisa mendanai dan mengembangkanya lebih lanjut," Ujar Page.

Kisah pilu idolanya itu lah yang kelak menjadi motivasinya untuk mendirikan Google menjadi sebuah perusahaan yang berorientasi profit. Tentu menjadi tantangan tersendiri mengingat saat itu dia hidup di jaman, dimana paradigma mengenai kemajuan internet atau pun komputer harus di bagikan secara cuma-cuma.

Karena itu Page sengaja masuk ke jurusan bisnis sekaligus sains komputer, salah satunya karena teringat riwayat Tesla, yang bisa menggagas inovasi tapi tidak dapat mengomersialkanya. Berdasarkan pemahaman ini bisa kita lihat bagaimana sekarang Page menjadi invention, inovator sekaligus jadi salah satu orang terkaya di dunia.

Saya juga teringat pernah membaca kehidupan Karl Marx, salah seorang pemikir sosial terbesar dan paling berpengaruh yang pernah ada. Das Kapital adalah salah satu karya termashyurnya, sebuah buku yang membahas tentang ekonomi politik sebagai kritik terhadap kapitalisme (kalau saya tidak salah, mohon dikoreksi). 

Namun dikisahkan, dalam hidupnya Karl Marx adalah seorang yang miskin, bahkan dalam beberapa catatan dikatakan dia meninggal dalam kemiskinan. Karl Marx hampir tidak memiliki keahlian praktis selain menulis, hobinya adalah membaca dan berpikir.

Saya coba melihat jaman ini, dimana katanya orang tak akan bisa hidup sejahtera jika terlalu idealis.Karena zaman telah berubah, konsumerisme dan selera pasar turut menentukan suatu keputusan. Saya ingin tarik hal ini kedalam dunia tulis menulis (literatur). Tentu di antara kita ada yang ingin menjadi seorang penulis, kalau bisa berpenghasilan tetap dari menulis. Oleh karena itu, menurut saya menulis di blog saja tidaklah cukup (kecuali sekedar menulis untuk hobi dan aktualisasi diri).

Mari belajar dari Larry Page, Thomas Edison, Nikola Tesla dan Karl Marx.

Jika ingin menjadikan menulis sebagai profesi, atau ingin berpenghasilan besar dari menulis. Maka kita bisa belajar seperti Page dari hidup Nikola Tesla. Apa memang yang harus dilakukan? Komersialkanlah tulisan kita. Beberapa langkahnya antara lain dengan menulis buku, mengikuti blog competition, hingga menulis skenario. Ingat ini jika kita ingin hidup dari tulisan kita.

Karya dari buah pemikiran kita tentu harus di tuangkan dalam bentuk utuh, misalnya buku, kita bisa menulis novel, ini adalah bentuk karya yang utuh.(karena dari beberapa hasil observasi saya rata-rata penerbit lebih suka cerita yang utuh, dan bukan kumpulan cerita, walaupun ada pengecualian untuk itu). Tujuanya tentu agar tulisan kita dapat dilempar kepasar, di cetak, di beri cover dan memiliki nilai komersil.Jika kita menulis karya yang hebat, saya yakin para pembaca tak merasa keberatan untuk membayarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun