Mohon tunggu...
Metodius Manek
Metodius Manek Mohon Tunggu... Pemikir

Diam seribu kali sebelum berkata sekali.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Penyuluh Katolik sebagai Pewarta Kabar Gembira

27 Mei 2025   21:48 Diperbarui: 27 Mei 2025   21:48 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Proses Lectio Divina (Sumber: Desain Pribadi dengan Bantuan Canva)

Salah satu metode untuk "datang dan tinggal bersama" Sang Sabda adalah Lectio Divina. Metode ini merupakan cara membaca Kitab Suci secara meditatif yang menjadi rekomendasi para Uskup Katolik sedunia ketika kita mau mendalami Sabda Allah (lih. Pope Benedict XVI, Verbum Domini, Post-Synodal Apostolic Exhortation, Rome, 30 September 2010).

Dalam pembinaan ini, Pater Todi menuntun para penyuluh Katolik di Kabupaten TTS untuk mempersiapkan diri menjadi pewarta Kabar Gembira dengan latihan Lectio Divina. Para penyuluh menyambut dengan sangat bersukacita.

Ilustrasi Proses Lectio Divina (Sumber: Desain Pribadi dengan Bantuan Canva)
Ilustrasi Proses Lectio Divina (Sumber: Desain Pribadi dengan Bantuan Canva)

Waktu empat jam terasa sangat singkat. Hal ini tentunya tidak terlepas dari dinamika selama proses pembinaan yang menarik. Pater Todi tidak sendirian memberikan pembinaan tersebut. Ia bersama Sdri. Elisabeth Nggesu dan Sdra. Yohanes Baptista Righi. Keduanya memiliki sapaan Kakak Echa dan Frater Yopi.

Kakak Echa dan Frater Yopi menganimasi para penyuluh dengan games yang mampu menghidupkan suasana. Dengan kelihaiannya masing-masing, mereka berdua berkolaborasi memberi roh bagi keseluruhan proses pembinaan bersama Pater Todi.

Memang benar kata orang, proses tidak pernah mengkhianati hasil. Berkat kolaborasi semua pihak, baik para pegawai di Kantor Kementerian Agama Kabupaten TTS maupun Kakak Echa dan Frater Yopi serta para penyuluh sebagai peserta, kegiatan pembinaan tersebut berlangsung dengan sangat mendalam, kreatif dan penuh sukacita.

Wajah para penyuluh sumringah. Mereka pulang ke tempat pastoral mereka dengan bersukacita. Para penyuluh tidak hanya menjadi pewarta yang membawa Kabar Gembira, tetapi juga sekaligus pribadi mereka menjadi Kabar Gembira.

Harapannya, mereka menjadi seperti Bunda Maria, selalu membawa Tuhan Yesus ke mana saja mereka berpastoral. Dengan demikian, semua orang yang mereka layani akan melonjak kegirangan seperti Yohanes Pembaptis di dalam rahim Elisabet.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun