Mohon tunggu...
agung bahroni
agung bahroni Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebudayaan Lokal dan Kebudayaan Nasional

29 April 2017   06:36 Diperbarui: 29 April 2017   08:20 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kebudayaan merupakan sebuah subjek maupun sebuah objek yang mempunyai cakupan yang sangat luas. Bahkan jika mendengar kata kebudayaan, maka sering sekali menggambarkan dengan sesuatu yang abstrak. Sehingga dalam mendefinisikannya sering terjebak pada ranah tertentu yang terbatas oleh bahasa yang menjembataninya. Secara epistimologis para ahli kebudayaan dari Indonesa merumuskan kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta yaitu “budh” yang berarti akal budi manusia. Salah satu tokoh kebudayaan Indonesia adalah Ki Hadjar Dewantara yang mnjelaskan kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

Penjelasan tersebut juga sangatlah abstrak bagi masyarakat awam. Pada saat ini masyarakat banyak yang terjebak pada pengetahuan bahwa kebudayaan adalah kesenian, seiring dengan adanya penggabungan antara kesenian dan kebudayaan pada mata pelajaran seni budaya. Sebagai contoh apabila ada penjelasan mengenai kebudayaan Jawa, maka gambaran yang muncul dalam benak seseorang adalah gamelan, wayang kulit, ketoprak, dan lain sebagainya. Hal ini sangat berbahaya karena memberikan segmentasi pada definisi kebudayaan yang hanya bersinggungan pada hal kesenian. Padahal kesenian merupakan unsur maupun artefak yang dihasikan oleh kebudayaan.

Oleh sebab itu definisi kebudayaan yang dirasa paling tepat adalah yang dikemukakan oleh antropolog modern yaitu Stuart Hall yang menjelaskan bahwa kebudayaan adalah whole way of life (keseluruhan cara hidup). Jika mengacu pada definisi tersebut maka masyarakat tidak akan lagi terjebak dalam lingkar budaya yang rancu yang seperti contoh terjebak pada ranah kesenian diatas.

Kebudayaan Indonesia adalah segala cara yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari oleh rakyat Indonesia. Penduduk Indonesia sendiri tersusun dari banyak suku bangsa yang dengan kebudayaan Nasional tersebut bisa hidup dengan harmonis saling berdampingan. Jika didefinisikan seperti itu maka jika dikatakan kebudayaan Indonesia maka tidak akan muncul dalam benak batik, wayang kulit, ondel-ondel, rendang, dan sebagainya, namun akan muncul sebuah cara yang dilakukan oleh seluruh rakyat Indonesia dengan beberapa artefak kebudayaan tersebut.

Salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia adalah suku Jawa. Suku Jawa sendiri mengikuti kebudayaan Nasional, namun juga memiliki kebudayaan lokal yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa. Frans Magniz Suseno menerangkan bahwa prinsip hidup orang Jawa adalah prinsip hidup yang harmonis dan sangat menjunjung tinggi prinsip rukun. Dalam hal ini sudah jelas jika karakter manusia yang diciptakan oleh kebudayaan Jawa adalah manusia yang ngasorake pribadi (rendah diri) atau secara sederhana bisa dikatakan mengalah.

Karakter mengalah yang dimiliki oleh orang Jawa bisa dilihat dari banyaknya akulturasi dan asimilasi akibat difusi budaya dari luar. Misalnya saja kesenian wayang kulit yang pada jaman Kerajaan Kadhiri memiliki wujud penggambaran yang sangat menyerupai manusia. Namun ditangan para Wali Sanga wujud tersebut dirubah dalam bentuk yang tidak realistis untuk memberikan jarak atau perbedaan antara manusia dengan wayang. Dari segi ceritapun ada modifikasi yang terjadi, dalam kitab Mahabarata, Drupadi merupakan istri dari kelima Pandawa. Namun kebudayaan Jawa tidak mengenal poliandri sehingga dirubah ceritanya Drupadi merupkan istri dari Yudistira sebagai yang tertua Pandawa.

Keseluruhan aspek kehidupan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa merupakan kebudayaan lokal Jawa. Namun dalam kebudayaan lokal juga sering terjebak dengan tradisi dan upacara (adat) yang ada dalam ruang lingkup masyarakat tersebut. Perlu dibuat segmentasi antara kebudayaan, tradisi, dan upacara yang memudahkan apabila mempelajari kebudayaan lokal yang ada di Indonesia. Segmentasinya adalah jika kebudayaan merupakan segala cara hidup maka tradisi merupakan bagian dari budaya. Dan tradisi yang berkembang maupun yang berjalan diekspresikan melalui upacara-upacara. Jelaslah segmentasinya bahwa upacara merupakan bagian dari tradisi yang menjadi bagian dari budaya.

Dalam budaya Jawa jika ada bayi lahir maka tradisi yang dilakukan adalah memberi nama bayai tersebut dan juga memuliakan bayi dengan harapan-harapan besar yang diungkapkan orang tuanya kepada bayi. Sedangkan upacara yang dilakukan biasanya dengan aqiqah (menyerap dari tradisi islam) dan setelah tujuh bulan dilakukan upacara mitoni atau tedhak siten. Keseluruhan hal tersebut merupakan cara masyarakat Jawa dalam melaksanakan kebudayaannya dalam hal kelahiran bayi. Selain hal tersebut masih banyak yang dilakukan masyarakat Jawa dalam keberlangsungan hidupnya seperti berdagang, bercocok tanam, hidup berdampingan, dan masih banyak lagi. Kebudayaan lokal seperti ini tidak hanya dimiliki oleh masyarakat suku Jawa saja, tetapi seluruh suku bangsa yang ada di Indonesia yang mungkin dengan pelaksanaan yang berbeda yang terangkum dalam budaya Nasional atau budaya Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun