Mohon tunggu...
agung bahroni
agung bahroni Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Revolusi Pendidikan

2 Maret 2017   06:14 Diperbarui: 2 Maret 2017   16:00 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah saatnya diadakan sebuah revolusi (perubahan) pada sistem pendidikan di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara dalam bukunya “Pendidikan” telah menyampaikan sebuah kritikan pada sistem pendidikan untuk rakyat yang sangat mengecewakan dan kurang memenuhi kebutuhan masyarakat. Kritik tersebut juga menyebutkan adanya sistem ijazah yang hanya menururti pasar yang membutuhkan (disinilah ruh kapitalisme berjalan). Dalam buku tersebut juga dijelaskan jika intelektualitas (yang ditiru dari Eropa) dapat memerosotkan sopan santun (moral) yang dimiliki oleh peserta didik. Apakah para Sarjana Pendidikan kiranya sudah mengetahui hakikat dari pendidikan yang sesungguhnya.

Semakin kesini sistem pendidikan di Indonesia telah mencabut para siswanya dari akar kebudayaan yang dimiliki. Indonesia sedang mengalami sebuah krisis moral,nilai kesopan-santunan yang harusnya dimiliki oleh kaum intelek nampaknya akan hilang. Jika KI Hadjar Dewantara sendiri ingin agar sistem pendidikan di Indonesia tidak meniru sistem pendidikan dari Eropa, maka kiranya cita-cita luhur tersebut wajibditeruskan (oleh siapapun yang merasa peduli pada pendidikan di Indonesia).

Ki Hadjar Dewanta menganggap bahwa sistem yang kita tiru yang berasal dari Eropa masih berumur kurang dari seratus tahun (sejak waktu Ki Hadjar Dewantara menulis buku tersebut dan diterbitkan pada tahun 1961) dan juga belum tentu relevan jika diterpkan di Indonesia. Dengan keragaman penduduk dan kebudayaan (keseluruhan cara hidup) yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, kiranya para ahli pendidikan merumuskan konsep maupun sistem pendidikan di Indonesia.

Memanglah sebuah tantangan yang sangat berat jika harus memutus rantai tersebut, namun setidaknya harus ada pergerakan untuk revolusi (perubahan) pendidikan di Indonesia yang menjadi wujud kepeduian kita terhadap pendidikan di Indonesia. Untuk melakukan perubahan, Ki Hadjar Dewantar sudah membuat sebuah paradigma untuk pendidikan di Indonesia. Beliau menganggap pendidikan kolonialisme Belanda mengutamakan intelektualitas, materialistis, dan individualistis.

Maka dari itu Ki Hadjar Dewantara membuat konsep PAEDAGOGI untuk pendidikan Indonesia yang tersusun dari tiga unsur yaitu pamong, wos, dan wirama. Pamong berisi bahwa guru sebagai values system transformer(penyalur sistem nilai) bukan hanya menjadi penyalur pengetahuan, selain itu pendidik atau guru tidak memaksa dan tidak membiarkan anak didiknya berkembang tanpa arah. Wosberisi bahwa sebenarnya guru hanya menjadi pendamping belajar dan fasilitator bagi siswa, selain itu peserta didik yang unggul dalam suatu bidang harus membantu temannya. Wiramaberisi bahwa peserta didik harus diberi wawasan tentang tertib dan disiplin serta cara hidup yang indah (harmoni).

Selain membuat konsep paedagogi tersebut, Ki Hadjar Dewantara juga membuat tiga butir pengajaran rakyat:

  • Pengajaran rakyat harus mementingkan segala nilai kebatinan dan menghidupkan semangat idealisme;
  • pengajaran rakyat harus mendidik kearah kecerdasan budi pekerti yaitu matangnya jiwa yang seutuhnya (pembangunan karakter);
  • pengajaran rakyat harus mendidik kearah kekeluargaan, yaitu merasa hidup bersama (sebuah keharmonisan), dan jangan sampai sekolah menjauhkan anak didik dari alam kekeluargaannya dan alam rakyatnya.

Selain tiga butir pengajaran diatas, Ki Hadjar Dewantara juga menekankan agar pendidikan di Indonesia harus mengarah pada kodrat alam, kemerdekaan, kemanusiaan, kebudayaan, dan kebangsaan. Pertanyaan besar yang diajukan adalah bagaimana relevansi konsep-konsep yang telah disusun oleh Ki Hadjar Dewantara (sebagai Bapak Pendidikan di Indonesia) pada pendidikan yang terselenggara pada saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun