Mohon tunggu...
T M Zaki
T M Zaki Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Andalas

Saya adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik di Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Medan

Fenomena Rayap Besi di Medan : Salah Siapa?

26 September 2025   00:16 Diperbarui: 26 September 2025   00:16 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Medan. Sumber ilustrasi: TRIBUNNEWS/Aqmarul Akhyar

Padang, 25 September 2025 -- Belakangan ini, istilah "rayap besi" menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial seperti TikTok, Instagram, dan Facebook. Fenomena ini merujuk pada aksi pencurian besi oleh individu atau kelompok yang nekat, sering kali dilakukan di malam hari, meski tak jarang mereka beraksi di siang bolong. Para pelaku biasanya menargetkan besi dari fasilitas umum, pabrik kosong, atau bahkan infrastruktur publik, lalu menjualnya untuk mendapatkan uang dengan cepat.

Menurut laporan dari berbagai sumber, motivasi utama di balik aksi ini bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, melainkan untuk membiayai kecanduan narkoba, khususnya sabu-sabu. Salah seorang pelaku yang pernah tertangkap mengaku bahwa hasil penjualan besi digunakan sepenuhnya untuk membeli barang haram tersebut. "Mereka merasa ketagihan, sehingga segala cara dilakukan demi bisa terus mengonsumsi," ujar seorang warga Medan yang sering menyaksikan aksi ini, seperti yang ramai dibahas di kalangan netizen.

Kenapa besi menjadi sasaran utama? Jawabannya terletak pada nilai jualnya yang cukup tinggi di pasaran. Di Medan, harga besi beton polos ukuran 8 mm berkisar Rp42.300 per batang, sementara ukuran 10 mm mencapai Rp64.900 per batang. Harga ini membuat besi menjadi komoditas menggiurkan bagi para pencuri, terutama di tengah maraknya proyek konstruksi dan permintaan bahan bangunan. Namun, di balik itu, akar masalahnya lebih dalam: peredaran narkoba yang masih masif di wilayah Sumatera Utara, khususnya Medan, yang sering disebut sebagai "pompa Medan" oleh masyarakat setempat istilah yang menggambarkan wabah narkotika seperti air yang dipompa tanpa henti.

Kasus-kasus pencurian besi ini bukan hanya mengganggu ketertiban, tapi juga menimbulkan korban jiwa. Baru-baru ini, seorang pelaku tewas tertimpa plat besi saat beraksi di Medan Deli, kejadian yang sempat viral di media sosial. Di Binjai, dekat Medan, polisi menangkap dua pemuda berusia 19 dan 15 tahun yang mencuri rel bekas, sementara satu pelaku lain kabur. Warga semakin resah, dengan banyak yang menyebut Medan sebagai "Gotham City" versi Indonesia karena tingginya tingkat kriminalitas, termasuk begal dan pencurian terkait narkoba. Bahkan, aksi ini merusak infrastruktur publik, seperti atap dan struktur besi di Lapangan Krakatau yang "dimakan" pelan-pelan oleh para "rayap" ini.
Sayangnya, peran lembaga negara yang bertanggung jawab atas pemberantasan narkoba masih dianggap gagal oleh sebagian masyarakat. Meski ada razia dan kebijakan anti-narkotika, fenomena seperti ini terus berulang. Bukan rahasia lagi bahwa sebagian oknum di lembaga penegak hukum diduga terlibat dengan bandar narkoba, yang membuat upaya pemberantasan hanya sebatas retorika belaka. "Pemerintah harus lebih serius, karena ini bukan hanya soal pencurian, tapi wabah yang merusak generasi muda," kata seorang aktivis lokal yang enggan disebut namanya.

Harapannya, dengan semakin viralnya isu ini, pemerintah dan aparat terkait bisa bangun dari tidur panjang mereka. Perlu langkah konkret, seperti peningkatan pengawasan peredaran narkoba, rehabilitasi bagi pecandu, dan penciptaan lapangan kerja untuk mencegah pemuda terjerumus ke jalan pintas seperti ini. Jika tidak, "rayap besi" akan terus menggerogoti fondasi masyarakat Medan, meninggalkan kerusakan yang semakin sulit diperbaiki.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Medan Selengkapnya
Lihat Medan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun