"Saya Warganegara Indonesia, tapi saya orang Belanda". kata teman seperjalanan kami,ketika bulan lalu sama sama duduk di ruang tunggu keberangkatan di Bandara Internasional Perth.Walaupun bahasa Indonesianya bersih,tapi aksennya  memang kentara,bahwa pria setengah baya ini, bukan lahir di Indonesia. Ronald ,begitu ia memperkenalkan namanya, mengatakan hal tersebut dengan suara datar. Menunjukkan ia bermaksud mengatakan apa adanya.Yakni karena pekerjaan yang sudah digeluti selama 15 tahun di Jakarta ,dibidang kontruksi dan  menikahi wanita Indonesia ,menyebabkan Ronald memilih menjadi Warganegara Indonesia. Tapi dalam jiwanya, seperti pengakuannya, Ronald tetap merasa dirinya adalah orang Belanda. Tentu tidak ada yang salah dengan pernyataannya ini. Ronald jujur mengatakan apa adanya.bahwa secara hukum ia adalah sah warganegara Indonesia, tapi secara individual,bagi dirinya ,Ronald adalah tetap orang Belanda.Bisa jadi karena tidak ingin menghianati negeri dimana ia dilahirkan dan dibesarkan.
Namun pembicaraan singkat kami di saat  beberapan menit sebelum panggilan untuk boarding, tetap menyangkut dalam pikiran saya. Dan saya jadikan introspeksi diri. Apakah saya hanya warganegara Indonesia, karena paspor berwarna hijau dan memiliki KTP DKI atau benar  benar  merasa ,bahwa saya memang  orang Indonesia?Â
Refleksi Diri
Saya mencoba melakukan refleksi diri. Menapaki kembali jejak jejak perjalanan hidup yang telah dilalui . Dan akhirnya lega  dan bersyukur,bahwa saya berani mengatakan bahwa saya bukan hanya WNI tetapi sekalgus adalah orang Indonesia. Jujur, saya tidak penah kebagian untuk melakukan peran besar dan berbobot selama perjalanan hidup,yang memasukki tahun ke 74. Namun setidaknya sebagai satu dari antara 245 juta orang Indonesia, saya sudah melakukan hal hal kecil secara  spontanitas ,sebagai ungkapan rasa hati sebagai orang Indonesia.Â
Ikut berperan mengambil bagian secara aktif, dalam menyampaikan empathy  pada hampir setiap kejadian bencana alam di tanah air.. Menelusuri kampung ke kampung dan mengulurkan tangan sesuai kemampuan diri Memberikan contoh nyata dalam hidup bermasyarakat, bagaimana menjaga kebersihan lingkungan ,dengan mengawalinya pada rumah sendiri. Hingga memenangkan Piagam Penghargaan dari Menteri Negara dan Lingkungan Hidup Prof,Dr,Emil Salim dan Meneri Negara Perumahan Rakyat,sebagai Pemenang Lomba Penghijauan Lingkungan Perumahan dan Pemukiman Tingkat Nasional. Piagam Penghargaan tertanggal , Jakarta 3 Oktober ,tahun 1988Â
Hal ini membuat penduduk di Wisma Indah  Padang ,pak RT,, Pak Lurah dan Walikota Padang yang waktu dijabat oleh Syahurl Ujud SH, Ikut bergembira,karena kami sudah ikut berpartisipasi dalam menaikkan nama komplek wIsma indah khususnya dan sekaligus kota Padang.
Tulisan ini jauh dari maksud mengedepankan diri, melainkan berbagi kebahagiaan,bahwa kami sekeluarga,bukan hanya WNI berdasarkan paspor hijau, tapi sungguh sungguh ikut berinteraksi dalam segala kegiatan lingkungan.Â
Tjiptadinata Effendi