Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjalanan Panjang Menuju Financial Freedom

19 Juni 2017   07:32 Diperbarui: 19 Juni 2017   19:29 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan Panjang,Menuju Financial Freedom
Sebelum melangkah lebih lanjut ,tentu sebaiknya, kita pahami dulu,apa sih yang dimaksudkan dengan :"financial freedom?"  Sebagai ilustrasinya,coba saja membayangkan ,bangun pagi,sudah tidak mikir lagi mau ke kantor atau tempat kerja. Malahan dengan bebas bisa menekuni hobi. Jalan pagi santai bersama istri tercinta atau duduk diteras rumah,sambil menikmati secangkir cappucinno hangat,maupun ikut dalam berbagai kegiatan sosial,tanpa beban pikiran terhadap pekerjaan.

Atau tiba tiba salah seorang anak kita ajak berliburan keluar negeri? Ok,kita siap,karena memang sudah menjadi manusia yang bebas dan tidak lagi terikat pada pekerjaan .Atau mau bergadang nonton sepak bola dan esok harinya baru bangun ketika sudah saatnya makan siang? Juga no problem.Bagaimana hal ini dapat terujud? 

Tentu saja,bilamana kondisi keuangan keluarga sudah mencapai titik,dimana bukan hanya sudah bebas dari utang,tapi sudah memiliki penghasilan tetap setiap bulan. Atau lazimnya disebutkan sebagai pasive income.
Jadi Financial Freedom,tidak identik dengan kaya raya,punya Lambhorgini dan Lambhorgana,kapal pesiar dan seterusnya. Karena orang yang tampak kaya raya,belum tentu kaya dalam arti sesungguhnya.Bisa jadi kreditnya di berbagai bank,mencapai ratusan miliar rupiah.


Perjalanan Panjang

Untuk dapat meraih titik financial freedom ini,tentu tidak semudah membalik telapak tangan dan juga tidak semudah membalik telapak kaki.Tapi melalui jalan panjang,berliku liku,tajam ,licin dan terjal.
Sesungguhnya setiap orang dapat mencapai kondisi ini. Mengapa saya berani memastikan hal demikian? Karena secara pribadi sudah menjalaninya. Sudah sering kali saya tuliskan ,bagaimana morat maritnya kondisi hidup saya pada waktu masih muda,yang kalau diulangi ulangi,akan menjadi sangat membosankan. 


Nah,setelah perjalanan panjang,sejak tahun 2000 ,yakni diusia 57 tahun,kami sudah tidak berhutang kepada siapapun ,kecuali hutang budi. Semua kartu kredit kami kembalikan dan tawaran KTA atau Kredit Tanpa Agunan,yang  datang bertubi tubi ,selalu saya tolak. Karena tidak ingin lagi terjerat ,seperti pengalaman dimasa dulu.

Modalnya Adalah

  • mindset- yakni diri,bahwa kalau orang lain bisa,kita juga bisa!
  • yakin diri,bisa menembus dinding ketidakmungkinan
  • tekad membaja dan pantang menyerah
  • kerja keras dan cermat,serta berhemat
  • Hindari Gaya Hidup :"Gali Lubang,Tutup Lubang"

Mengucapkan frasa :"gali lubang,tutup lubang" memang sangat mudah.Tapi sebaiknya kita menghindari gaya hidup yang sangat riskan ini. Karena keseringan gali lubang ,suatu waktu lupa diri dan menggali lubang terlalu dalam,sehingga tidak kuat lagi untuk menimbunnya.

Kalimat diatas ,tentu bukan dimaksudkan untuk menggali dan menutup lubang secara harfiah Mlainkan sebuah kiasan yang ditujukan kepada orang yang berhutang kiri kanan dan kemudian berhutang lagi ,untuk menutupi utang pertama.

Waspadai Penggunaan Kartu Kredit

Pengunaan Kartu Kredit,tentu saja tidak ada salahnya.Misalnya mau belanja online atau pesan tiket,maupun kebutuhan mendesak lainnya. Akan tetapi perlu diwaspadai,karena semakin banyak memiliki kartu kredit,semakin berpotensial terjerumus dalam ilusi menjadi orang kaya semu.

Masuk kerestoran mewah,rasanya bangga bisa mentraktir teman teman.Toh tinggal gesek menggesek saja dan beres.  Bawa jalan istri ke Mall,apa saja yang tampak ,terus dibeli,dengan pemikiran :"gampang,toh bisa dicicil tanpa bunga"Akhirnya kebablasan.Pengunaan Kartu Kredit :"over limit" . Dikejar kejar Debt Collector,,ee ada Sinterklas menawarkan KTA atau  kredit tanpa agunan. Terus disambar,nah beres. Urusan kartu kredit sudah dibereskan,tapi jangan lupa ,utang di KTA semakin besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun