Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Di Australia, Punya Mobil Pribadi Bukanlah Sebuah Prestise

2 Februari 2017   07:10 Diperbarui: 2 Februari 2017   09:36 5122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini bukan mobil 1.500 dolar, tapi kendaraan yang dikasih putra kami di Perth (Dokumentasi Pribadi)

Punya Mobil Pribadi di Australia Bukanlah Sesuatu yang Membanggakan

Di Indonesia, bila sudah mampu memiliki mobil pribadi walaupun bekas, sudah dianggap orang mampu. Apalagi bagi yang tinggal di kota kecil dan desa. Memiliki kendaraan roda 4 secara pribadi sudah membuat orang kagum, apalagi kalau masih muda.

Karena biasanya orang mampu memiliki kendaraan pribadi bila, hidupnya sudah mampan, punya  penghasilan yang lebih dari cukup, menduduki posisi cukup penting di perusahaan, usahanya boleh dibilang sukses dan warisan dari orang tua.

Punya mobil pribadi juga secara tidak langsung menaikan status seseorang. Termasuk orang lebih suka pacaran dengan sosok yang memiliki mobil pribadi ketimbang pacaran dengan yang naik motor, apalagi naik sepeda. Hukum yang memang tidak tertulis, tapi sebuah fakta yang tak terbantahkan dan terjadi dihampir seluruh lapisan masyarakat. Tidak peduli dari etnis manapun.

Di Australia, Tukang Pel Lantai Punya Mobil. Boleh dikatakan setiap orang punya mobil pribadi. Bukan lantaran hidup mereka semuanya berkecukupan, tapi terlebih karena mobil merupakan kebutuhan vital dalam hidup. Memang ada bus umum, tapi jalurnya tertentu dan operasi pada jam-jam tertentu. Mau naik angkot? Mana ada angkot atau bemo di sini? Satu satunya alat transportasi di luar bus umum adalah Taksi. Dan jelas pekerja kasar tidak mungkin mampu bayar taksi yang sekali jalan rata-rata 15 dolar. Oleh karena itu, memiliki kendaraan pribadi di sini bukan sebuah prestise, melainkan terlebih merupakan kebutuhan pokok.

Nona Terry yang biasa membersihkan dan mengepel lantai kamar mandi dan toilet di rumah putri kami punya kendaraan pribadi, karena harus mengangkut kelengkapan pekerjaaannya seperti segala macam cairan pembersih, sedotan debu, dan kayu pel lantai.

Tukang potong rumput di rumah putra kami juga selalu datang dengan mobil pribadi. Tukang perbaikan pipa leiding juga punya mobil pribadi.

Di rumah Punya 7 Kendaraan Pribadi Belum Tentu Kaya. Di Indonesia, bila di satu rumah terdapat 4 atau 5 kendaraan pribadI sudah dianggap ”wah”, tapi di sini hal biasa-biasa saja. Karena masing-masing memiliki tempat pekerjaan atau kegiatan sehari harian yang tempatnya berbeda. Seorang mahasiswa jika sambil kerja paruh waktu dalam waktu setahun sudah bisa beli mobil bekas.

Karena Toyota Yaris yang kami beli sudah dikasihkan kepada putri kami, agar tidak rebutan kendaraan, maka tahun lalu kami beli mobil bekas manual merk Nissan tahun buatan 2000. Masih keadaan mulus hanya dengan harga 1.500 dolar atau setara Rp.15 juta. Kalau di Jakarta, mobil sejenis harganya pasti berkisar 50 juta rupiah.

Mobil di parkir di laman rumah dan tidak ada yang mau curi, Karena kalau sudah curi, terus mau jual kepada siapa? Nggak ada orang yang tidak waras mau beli mobil curian, karena pasti akan tertangkap. Mau di preteli? Di tempat pembuangan mobil rusak tinggal ambil saja, buat apa nyuri? Kendaraan mantu kami di Wollongong karena sudah rusak dan tidak dapat diregistrasi ulang, terparkir berbulan-bulan di laman rumahnya, diderek dan dibuang oleh Council (setara Petugas Kecamatan) dan didenda 200 dolar untuk biaya derek.

Semua Mobil Wajib dilengkapi KIR. Kalau di Indonesia, hanya kendaraan niaga atau pengangkut barang yang wajib KIR, di sini semua kendaraan diwajibkan bila dianggap tidak layak jalan, tidak akan diterbitkan registrasi ulang, berarti tinggal dibuang saja, karena tidak ada yang mau beli. Makanya siapa tahu suatu waktu ke Australia dan beli mobil, jangan lupa bahwa kalau rusak, ongkos memperbaikinya bisa saja hampir sama mahalnya dengan beli mobil bekas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun