Mendidik Anak dengan Pantun
Saat saya masih duduk di kelas dua Sekolah Rakyat, sore hari sepulang sekolah sering saya habiskan di beranda rumah bersama nenek kami.Â
Duduk bersisian di bangku kayu yang sudah agak usang, nenek tidak hanya meninabobokan kami dengan dongeng, tetapi juga menyampaikan teka-teki dalam bentuk pantun Sebuah tradisi lisan yang hidup dan tumbuh di tanah Minangkabau.
Pantun pantun itu unik. Bahasa yang digunakan sederhana, tetapi memicu rasa penasaran luar biasa. Dan karena saya sangat ingin tahu jawabannya, tanpa sadar saya menghafalnya. Ajaibnya, meskipun telah berlalu lebih dari tujuh dekade, pantun-pantun itu masih lekat dalam ingatan saya.
Beberapa pantun teka-teki yang saya ingat antara lain:
01.Bersisik bukan ikan, bermahkota bukan raja,
Apakah itu, coba terka,
Jawabnya: ?
03.Induknya dielus-elus, anaknya diinjak-injak,
03.Orang tua mati bersorak
Apa pula itu?
04.Kalau  ingat tertinggal,
Tapi kalau lupa, malah terbawa.
Sulit dipercaya, tapi masuk akal,
Jawabannya:?
06. Dibakar tak hangus,disiram tak.basahÂ
Apa pula itu