Â
Tidak Semua Buahan Import Itu Lebih Enak Dibandingkan Produksi Dalam Negeri Sendiri
Sejak lahir hingga dewasa,secara alami telah tercipta diskriminasi sudut pandang terhadap barang belajaan kaum ibu di Pasar. Kalau dalam keranjang belanja ,berisi kangkung,bayam ,pisang dan pepaya dan teri ,maka secara spontan,masyarakat sudah memberikan penilaian :" masyarakat kelas bawah" Tapi kalau barang belanjaan seorang ibu rumah tangga, terdiri dari daging,makanan kaleng  ,buah apel ,ikan tenggiri ,maka spontan ,nilainya tinggi dimata masyarakat,yakni dianggap termasuk dalam masyarakat :"midle high" atau menengah keatas. Hal ini terus berlangsung turun temurun.  Hal ini disebabkan karena harga daging,makanan kalengan,, buah apel atau buah Pir ,ikang  tenggiri atau ikan kakap,harganya mahal dan tidak terjangkau oleh masyarakat kelas bawah. Dan keluarga kami dulu, termasuk dalam kelompok masyarakat kelas bawah.Â
Tetapi setelah menetap di Australia,sudut pandang demikian berubah total.karena apa yang di Indonesia,dianggap makanan orang miskin,ternyata disini,sebaliknya. Silakan diperhatikan foto toto pendukung,sebagai pedoman untuk meyakinkan bahwa "buahan dan sayuran orang miskin" harganya sangat mahal
Memotivasi Untuk Menghargai Produk Dalam Negeri
Dengan menyaksikan harga berbagai buahan tropis,seperti : rambutan,buah labuh siam.durian dan ikan teri,setidaknya menjadi masukan yang berharga,agar tidak perlu merasa minder ,bila keranjang belajaan ibu ibu,isinya "hanya"buahan dan sayuran lokal.Karena di Australia,harga buah rambutan, 30 kali lipat dibandingan harga buah apel,yang hanya 1 dolar perkilogram .Buah labuh Siam ,harganya 10 kali lipat dibandingkan harga kentang,yang hanya 1 dolar perkilogram .Â