Ditulis 10 Tahun Lalu Sebelum Menulis di Kompasiana
Kalimat,bahwa tulisan kita akan menjadi prasasti abadi bagi diri Penulisnya,bukan merupakan slogan kosong untuk sekedar enak dibaca dan didengar.Salah satu contoh, tulisan yang kita sendiri sebagai Penulisnya ,sudah lupa dan sama sekali tidak menyimpan di file ,ternyata tidak hilang lenyap bagaikan uap air. Contohnya,artikel singkat yang saya postingkan 10 tahun lalu di facebook ,sebelum saya mulai menulis di Kompasiana,ternyata tetiba muncul dihalaman facebook saya . Baru saja ingat,bahwa memang sepuluh tahun lalu,sewaktu kami sedang berada di Los Angeles,saya sempat menulis dan mengupload di laman facebook dan kini tepat 20 September.2022 ,muncul dilaman facebook sayaÂ
Universitas Kehidupan
Unversitas yang paling lengkap di dunia ini adalah Universitas Kehidupan.Dimana kita bisa belajarsetiap saat dan dimanapun kita berada. Belajar Ilmu Kehidupan berarti belajar tentang :
Baca juga: Percuma Memberi, Bila Tidak Ikhlaskesabaran
rendah hatiÂ
toleransiÂ
simpaty
empatyÂ
dan belajar menerima berbagai perbedaan  pendapat.Belajar menghargai orang lain,walaupun tidak selalu seirama dengan kemauan kita.Memahami bahwa tidak ada manusia di dunia ini yang tahu segala galanya,kecuali Tuhan Yang Mahatahu. Hal ini akan menjauhkan diri kita dari keangkuhan diri dan membuka hati ,agar mampu mengasihi sesama kita ,siapapun adanya.Semoga kita mampu lulus dengan nilai terbaik dan nama kita akan tertulis dalam hati setiap orang yang pernah mengenal kita.
Salam hangat dan doa dari saya,
Los Angeles ,akhir musim gugur ,2012
Tjiptadinata Effendi
Memaknai Artinya
Saya berani menuliskan hal ini,karena telah lulus P.H.D. Â Singkatan ini bukan gelar akademis ,melainkan singkatan dariÂ
- P - PoorÂ
- H- Hungry
- D= DesperateÂ
Kami berdua bersyukur kepada Tuhan telah melalui Poor - Kemiskinan, Hungry - kelaparan dan Desperate- penderitaan,dengan selamat. Perjalanan pahit getir kehidupan,kami jadikan pelajaran hidup dari Universitas Kehidupan. Mahagurunya adalah semesta. Dan lulusan PHD dari University of Life,tidak mendapatkan ijazah ,berupa lembaran kertas,melainkan dalam ujud yang tak kasat mata.
Lulus dari University of Life ,menghadirkan kearifan hidup dalam diri,untuk memaknai  arti kehidupan yang sesungguhnya,untuk kelak dapat mencapai aktualisasi diri yang sesungguhnya. Agar selalu mampu mengontrol diri dan tidak terjerumus dalam kesuksesan dan kebanggaan diri yang semu. Hal inilah yang membedakan,antara orang yang sudah kenyang makan asam garam dunia dan mengecap empedu kehidupan ,serta menatap sedih sebutir nasi yang terserak dilantai,dengan orang yang belum mampu memaknai arti kearifan hidup.
Hidup adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir.Terlalu banyak yang belum kita pahami tentang misteri kehidupan
Tjiptadinata Effendi