Akibat Terlalu Lama Tidak Berkomunikasi Secara Langsung
A national survey of young people taken during 2021's pandemic and lockdowns has found more than 70 per cent of students whose studies were disrupted faced high psychological distress. Â (https://www.abc.net.au/news/2022-05-25/lockdown-mental-health-effects-students-research)
Lockdown berkepanjangan, di satu sisi merupakan tindakan preventif untuk mencegah terjadinya penularan covid 19. Tetapi disisi lain telah menciptakan kesejangan sosial bagi para generasi muda, karena terlalu lama tidak mendapatkan kesempatan berkomunikasi dengan guru dan sesama pelajar.Â
Walaupun dalam acara Learn From Home ,antara guru dan siswa masih tetap dapat saling tatap muka lewat camera video, tetapi ternyata hal ini tidak mampu menggantikan, komunikasi secara tatap muka.
Setidaknya,hal ini ditemukan setelah diadakan peneliritan diantara sekita 20 ribu pelajar, ternyata lebih dari 70 persen para pelajar mengalami stress, yang disebut sebagai: "high psychological distress". Distress psikologis mengacu pada gejala non-spesifik stres, kecemasan dan depresi.Â
Tingkat tekanan psikologis yang tinggi merupakan indikasi gangguan kesehatan mental dan mungkin mencerminkan gangguan mental yang umum. Yang mungkin ditandai dengan gejala:
- kelelahan.
- kesedihan.
- kecemasan.
- takut.Â
- amarah.
- kemurungan.Â
Bagaimana Dengan Para Pelajar di Indonesia?
Penelitian tersebut diadakan di Australia. Apakah para pelajar di Indonesia, juga terkena dampak secara psikolois terhadap diberlakukannya lockdown, belum ada penelitian yang dilakukan, Boleh jadi reaksi secara psikologis terjadi perbedaan reaksi antara para pelajar di Australia dan di Indonesia.Â
Semoga kondisi yang menguatirkan ini,secara bertahap akan pulih secara alami,seiring dengan semakin menyurutnya gejala Covid'
sumber bacaan: https://www.abc.net.au/news/2022-05Â
Tjiptadinata Effendi