Toleransi Bukanlah Sebuah Pengorbanan
Toleransi yang dimaknai sebagai "pengorbanan" ,tidak lagi iklas. Karena orang yang merasa sudah banyak berkorban, maka suatu saat akan menuntut balasannya.Â
Contoh paling aktual, orang tua yang merasa sudah banyak berkorban untuk mendidik dna menyekolahkan anak anaknya, suatu waktu kelak akan menuntut anak anak mereka untuk membalas budi. Padahal mendidik anak adalah kewajiban orang tua dan tidak merupakan pengorbanan.
Begitu juga bila pernah tinggal bersama dengan anggota keluarga yang beragama Islam, saat dibulan puasa sedang enak tidur terdengar sendok piring dan garpu menghadirkan lagu yang menandai bahwa  sanak keluarga yang Muslim sedang sahur.Â
Bila merasa terganggu dan apa boleh buat terpaksa diam, maka ini bukan toleransi yang sesungguhnya. Karena bila dilakukan dengan ikhlas, maka sama sekali tidak merasa terganggu dengan aktivitas yang merupakan bagian dari keimanan saudara yang berbeda keimanan.
Berbagi Dengan Orang Yang Bukan Sesuku dan Seiman
Seperti yang sudah pernah saya tuliskan, dalam mengaplikasikan hidup berbagi perlu ada keikhlasan yang dimaknai dengan "giving is giving" sehingga kita tidak memilah mana yang sesuku dan seiman, melainkan siapa saja yang membutuhkan pertolongan .Â
Bahkan orang yang ditolong sama sekali tidak dikenal dan tidak akan mendapatkan ucapan terima kasih, karena kita memberikan bantuan lewat tangan orang lain.
Kalau ada istilah WFH atau Work From Home, maka tidak salah bila dihadirkan istilah T.J.J. atau Toleransi Jarak Jauh. Kita tidak mungkin dapat menjangkau orang yang jauh dikampung halaman, maka cukup dengan mentrasferkan dana, minta bantuan salah seorang sanak keluarga untuk membagikan kepada siapa saja yang membutuhkan.Â
Bila hal ini dapat diaplikasikan, maka hidup bertoleransi dapat dimaknai sejatinya sebagai "nothing to lose", yakni berbagi ya berbagi "giving is giving"Â
Tjiptadinata Effendi