Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Pelajaran Pertama tentang Kasih terhadap Sesama di Bulan Ramadan

8 April 2022   18:22 Diperbarui: 8 April 2022   18:23 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: food.detik.com

Dari pak Syaifullah ,Penjaga Masjid 

Artikel saya berberapa hari yang lalu berjudul" Untuk Hidup Berbagi Tidak Harus Sesuku dan Seiman",sejujurnya bukanlah ide dari saya pribadi,melainkan pelajaran berharga yang saya dapatkan sewaktu saya melakukan perjalanan dari Medan ke Padang ,bertepatan di bulan Ramadan. 

Pada waktu itu,perjalanan dengan kendaraan umum,dari Medan ke Padang,butuh waktu sekitar 22 hingga 25 jam. Karena jalanan sempit dan tidak jarang harus melalui jembatan,yang hanya terbuat dari batang kelapa yang disusun. Bila hujan lebat,maka jembatan licin dan penumpang diminta untuk turun,demi untuk menjaga keselamatan bersama.

Selama bulan Puasa,tidak satupun warung makanan yang buka di siang hari. Jadi bagi yang tidak berpuasa dan ingin melakukan perjalanan jauh,harus membawa bekal dari rumah,setidaknya untuk makan siang. Kalau malam hari bisa bareng makan bersama para penumpang yang berbuka puasa. 

Tetapi karena saya sudah makan dirumah dan berangkat jam 10.00 pagi dengan bus ALS,maka saya tidak merasa perlu membawa bekal untuk makan siang. Rencananya,malam hari saat para penumpang yang berpuasa,turun untuk berbuka puasa di warung Padang,saya bisa ikut makan bersama. Tetapi,ternyata sore harinya hujan turun sangat lebat dan setibanya dijembatan bus ALS yang kami tumpangi berhenti. Kernet turun untuk memeriksa,apakah jembatan cukup aman untuk dilalui. Selang beberapa menit Kernet kembali dan berbicara sesaat dengan sopir dalam bahasa Batak,yang saya tidak mengerti. Kemudian, Kernet mengatakan kepada para penumpang,bahwa malam ini kami menginap di Masjid,karena tanah longsor dan jembatan tidak bisa dilalui oleh kendaraan.

Kami diantarkan ke Masjid yang ada tidak jauh dari sana .Para penumpang turun dan dibagi atas dua kelompok,yakni wanita dibagian dalam,sedangkan kaum pria di depan pintu masuk. Kami dipinjamkan,tikar oleh Pengurus masjid . Saking mengantuk dan kelelahan,saya menjadikan tas berisi pakaian,mengeluarkan jaket dan memakainya,karena angin bertiup cukup kencang Tas berisi pakaian tersebut saya jadikan bantal,agar bisa tidur. Kemudian saya terlelap dalam keletihan dan rasa lapar.karena rencana untuk makan di warung Padang tidak tercapai,karena jembatan putus.  Entah berapa lama saya tertidur.tetiba saya dikagetkan,karena ada teriakan:"Sahur sahur!" Saya terbangun dan duduk dengan sempoyongan. Saya melihat disekeliling saya ,masing masing penumpang mengeluarkan bekal yang mereka bawa dari rumah. Saya hanya dapat memandang dengan bengong,sementara perut terasa sangat perih,karena belum makan .

Tetiba seorang pria tua datang mendekat dan berkata:"Assalammualakum.. kenapa tidak sahur nak?"  Saya memandang  pak tua tersebut dan berkata lirih:"Saya tidak bawa bekal pak"

"Kalau begitu,mari kita bagi dua yaa nak.Bapak ada bawa satu bungkus nasi dan ikan asin. Kita makan sebungkus berdua.Nama bapak Syaifullah,bertugas di masjid ini" Saya terdiam.Serasa mata saya panas dan berair,terharu ada yang mau mengajak saya makan. Namun,saya harus jujur,bahwa saya tidak berpuasa. Maka  lambat saya menjawab:" Maaf pak.saya tidak puasa.,karena saya bukan Muslim"

 "Tidak menjadi masalah nak. Berbagi itu tidak harus dengan orang seiman" Jawab pak Syaifullah

Dada saya serasa sesak menahan rasa haru. Pak Syaifullah tidak berkata apapun lagi. Ia duduk lesehan disamping saya dan membuka nasi bungkus yang berisi 2 potong ikan asin balado dan daun ubi rebus. Ia memisahkan sebagian nasi diatas daun dan sepotong ikan asin dan diserahkan kepada saya. Kemudian berdiri dan mengatakan"Bapak ambilkan air minum ya " Dan selang beberapa saat kemudian,pak Syaifullah kembali dengan dua gelas berisi teh manis. Kemudian,kami makan bersama sama ,sambil sesekali bertanya mengapa saya sendirian naik bus ke Padang? Dan saya menjelaskan,bahwa sesungguhnya saya berasal dari Padang dan baru pindah ke Medan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun