Bahkan Hingga Mereka Sudah Berkeluarga
Sewaktu saya dan isteri masih tinggal di kota Wollongong bersama puteri kami, maka teman-teman cucu kami sering datang ke rumah. Mereka tidak hanya akrab dengan cucu-cucu kami, tapi juga memanggil kami dengan sebutan "Kong" dan "Mak".
Begitu sering bertemu sehingga mereka sudah menganggap kami sebagai Opa dan Oma mereka. Â Bahkan semua orang tua mereka memanggil kami dengan sebutan "Kong" dan "Mak".
Setiap kali datang, hal yang pertama mereka minta adalah "Kong, may I have noodle please?" Tentu saja dengan senang hati saya akan memasakan mereka Indomie. Kata nyonya Alison ibu mereka, "Di rumah saya masakan anak-anak mie yang sama, tapi mereka bilang beda rasanya." Saya hanya ketawa dan bilang "No problem at all." Walaupun berarti seminggu satu kardus Indomie ludas. Cuplikan kisah hidup yang sangat datar dan biasa-biasa saja. Tak ada hal yang menonjol apalagi bisa disebut "spektakuler". Tetapi bagi kami berdua, mendapatkan tempat di hati anak-anak sungguh menghadirkan rasa syukur yang mendalam.
Pada waktu itu usia mereka  berkisar 12 -13  tahun, bahkan Nicky yang terkecil yang berdiri persis di belakang saya baru berusia 5 tahun. Kini mereka semua sudah dewasa, bahkan salah seorang di antaranya Kara, tahun lalu menikah. Yang lainnya kuliah sambil bekerja. Di antara mereka ada 2 orang cucu kami.Â
Tapi hubungan kami tidak terputus karena terpisah oleh jarak dan waktu. Selalu ada komunikasi via facebook atau sesekali menelpon. Dan bila sesekali kami berkunjung ke Wollongong, mereka pasti datang menemui kami bersama orang tua mereka. Saya dan isteri tidak pernah mengajarkan mereka tentang nilai-nilai persahabatan dan ketulusan, tapi anak-anak merekam dalam memorinya setiap sikap kita terhadap mereka dan tak akan pernah melupakannya.
Walaupun hanya percakapan singkat satu atau dua menit tapi selalu ditutup dengan, "We miss you Kong and Mak."
Sungguh  menghadirkan rasa haru dalam hati kami berdua. Kalau cucu kami yang mengatakan adalah sangat wajar, tapi teman-teman cucu kami sama sekali tidak ada hubungan kekeluargaan, namun mereka sungguh merasakan kami berdua sebagai Opa dan Oma mereka.
Hubungan persahabatan seperti inilah yang ingin kami bangun dalam rumah kita bersama yang bernama Kompasiana ini. Tidak ada maksud lain di belakangnya, melainkan ingin menjadi sahabat semua orang.
Tjiptadinata Effendi