Mengingatkan Orang Untuk Hidup Berbagi
Imlek dan Angpao dapat dianalogikan bagaikan sekeping mata uang ,karena setiap kali perayaan Imlek tiba,maka selalu akan ada acara bagi bagi angpau. Imlek tanpa angpau berarti tidak sah.Â
Bagi-bagi angpau tidak hanya dikalangan orang berduit,tapi juga dalam keluarga yang hidup berkekurangan .Tapi tentu saja berbeda nilai nominal yang ada dalam bungkusan kertas merah ,yang disebutkan :"Angpau"Â
Walaupun dalam keluarga kami,bahasa Mandarin sama sekali tidak lagi digunakan,karena kami terlahir di kota Padang,tetapi tradisi bagi bagi Angpau masih tetap dijaga kelestariannya.Â
Setiap tahun,sebelum Imlek ,malamnya disebutkan sebagai :"Tahun Baru Kecil",dimana ada meja sembahyang ,sebagai ucapan rasa syukur untuk tahun yang sudah dapat dilalui dengan selamat.Â
Bagi keluarga yang kondisi keuangannya memadai, biasanya mempersembahkan babi bulat ,yang dilengkapi dengan jeruk  dan 2 batang tebu yang digali bersama akarnya dan dipasang pita warna merah. Acara ini disebut :"Sembayang Tuhan ",yakni acara syukuran .Â
Menurut tradisi,sewaktu menggali tebu bersama akarnya,daunnya harus lengkap dan tidak boleh dilangkahi. Kalau sudah dilangkahi,maka tebu tersebut dianggap tidak layak lagi untuk dipersembahkan kepada Yang Maha Kuasa. Â
Saya tahu persis,karena kebetulan tempo dulu,di Padang satu satunya yang menjual tebu komplit adalah dirumah orang tua kami. Saya yang menggali bersama akarnya, dengan tangan sendiri Tebu yang sudah digali,tidak boleh dibiarkan tergeletak ditanah,tapi harus diletakan dengan posisi berdiri.Â
Aturan dan Pernak Pernik Yang Harus Dipatuhi
Sewaktu membeli tebu atau jeruk ,tidak boleh ditawar.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!