Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan Biarkan Pencapaian Bertransformasi Jadi Jurang Pemisah

3 Desember 2021   09:40 Diperbarui: 3 Desember 2021   09:56 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ket. foto: menjadi sahabat semua orang/dokumentasi pribadi

Kesuksesan Hendaknya Jadi Berkat Jangan Sampai Jadi Kutukan

Mungkin bukan hanya saya pribadi yang mengalami bahwa sahabat baik semasa kecil bahkan sekaligus sahabat sekelas, setelah mereka sukses justru hubungan menjadi  terputus. Baik karena sukses menjadi orang kaya maupun sukses meraih berlapis gelar serta pencapaian diri yang ternyata mampu membius dan menjadikan orang mabuk. Sehingga lupa akan nilai persahabatan dan kekeluargaan.

Berbagai pengalaman pahit sudah saya alami, yakni sahabat baik semasa kecil dan sudah lama tidak bertemu ternyata saat bertemu dan bersalaman hanya menatap saya sebagai orang asing. Hal ini sungguh terasa sangat melukai perasaan. Karena itu saya jadikan pelajaran berharga agar jangan sampai saya melakukannya terhadap orang lain.

Karena itu setiap ada kesempatan pulang kampung, kami selalu melakukan napak tilas ke tempat di mana kami pernah mengalami keterpurukan selama bertahun-tahun. Bertemu dengan tetangga semasa lalu dan bertemu dengan anak-anak cucu mereka yang kini sudah dewasa, tapi masih tetap bertahan hidup di Pasar Tanah Kongsi.

foto-di-padang-2-61a982f506310e441f49baa2.jpg
foto-di-padang-2-61a982f506310e441f49baa2.jpg

ket. foto di Padang/dokumentasi pribadi

Kilas Balik Sebagai Penulis di Kompasiana

Walaupun hasil karya tulis saya yang dicetak oleh Percetakan Elekmedia Komputindo  menjadi National Best Seller bahkan saya pernah mendapatkan penghargaan sebagai Kompasianer of the Year 2014 dan Man of the Year 2011 serta gelar Grand Master Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami, sama sekali tidak membuat saya lupa diri. Bahwa awalnya dulu mulai dari nol besar dalam dunia tulis menulis.  Saya mengingatkan diri sendiri agar jangan sampai pencapaian dalam hal tulis menulis, menjadikan saya mabuk dan lupa diri karena merasa diri paling hebat. Yang akan mengakibatkan keberhasilan yang dicapai justru bertransformasi menjadi jurang pemisah dengan sahabat Penulis lainnya.

Walaupun sejujurnya, dalam hal ketelitian menjawab semua komentar yang masuk, saya kalah jauh dari isteri saya yang lebih telaten dan teliti, tapi setidaknya saya tidak hanya duduk manis setelah menayangkan artikel. Walaupun terkadang terlambat merespons setiap tangapan dan komentar yang masuk.

Rendah Hati Adalah Jembatan yang Menjadi Penghubung Menjalin Persahabatan

Dengan bermodalkan kerendahan hati, maka akan menjadi jembatan untuk menjalin hubungan persahabatan dengan sesama Penulis di Kompasiana. Tanpa membedakan apakah centang hijau atau centang biru maupun tanpa centang.  Pada hakekatnya setiap orang senang bila mendapatkan sapaan walaupun sekadar ucapan "Selamat pagi mbak atau selamat pagi mas. Terima kasih sudah berbagi tulisan inspiratif" Sepotong dua potong kalimat ini telah mampu menghadirkan setitik keceriaan dalam diri orang yang disapa. Dan sejak saat itu, secara tidak langsung jembatan persahabatan telah mulai terjalin

Mengapa saya masih tetap menulis walaupun sejak dua tahun belakangan ini dapat dikatakan tulisan saya mengalami semacam lockdown masuk ke HL karena gaya menulis saya sudah ketinggalan zaman? Karena masih ada orang yang merasakan mendapatkan manfaat dari membaca tulisan saya. Untuk itulah saya masih terus betah menulis walaupun memahami bahwa masa-masa keemasan menulis bagi saya sudah berlalu dan kini tiba masanya bagi generasi mileneal untuk tampil ke depan. Karena bagi saya, menulis bukan hanya sebatas hobi, tapi sekaligus sebuah jalan untuk mengaplikasikan hidup berbagi lewat kisah perjalanan hidup yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Hanya sebuah renungan kecil di pagi hari 

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun