Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Aneh tapi Nyata "Banyak Orang Mengurung Diri Sendiri"

2 September 2021   09:48 Diperbarui: 2 September 2021   11:27 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Dengan Membangun Penjara Tak Kasat Mata

Sudah terkurung karena diberlakukannya Lockdown oleh pemerintah setempat,yang menyebabkan orang kehilangan kebebasan untuk bergerak kesana kemari,seharusnya orang dapat secara arif memetik pelajaran berharga dari situasi yang sangat tidak nyaman ini. Tetapi pada kenyataannya,banyak orang yang malahan menciptakan penjara tak kasat mata. Seakan akan ingin melengkapi kondisi tidak nyaman yang disebabkan oleh Pandemi yang melanda dunia. 

Kalau berkunjung ke Penjara,sebagai salah satu destinasi wisata ataupun berkunjung dalam rangka kegiatan sosial ,memberikan perhatian dan rasa simpati bagi orang yang berada di penjara,tentu saja tidak menjadi masalah. Tetapi bila diri kita terkurung dalam tahanan ,maka situasi dan kondisi menjadi berbeda secara total. Berada dalam tahanan,berarti kehilangan segala kebebasan. Jangankan mau keluar berbelanja,malahan menerima tamu juga harus dibawah pengawasan. Kehilangan kebebasan pribadi sungguh sangat membuat kita menderita .Saya tahu persis,karena sudah pernah menjadi tahanan ,walaupun bukan kesalahan saya .

Proses Membangun Penjara Tak  Kasat Mata

Proses orang membangun tiang penjara bagi diri sendiri,dimulai dari pikiran negatif yang dibiarkan mengendap .Misalnya:

  • saya tidak tahu lagi harus berbuat apa
  • lockdown menyebabkan saya tidak bisa keluar rumah
  • mau kerja apa dirumah?
  • semua jalan sudah tertutup
  • semua sudah brantakan
  • mungkin dunia sudah mau kiamat 
  • dan seterusnya dan seterusnya

Pikiran Mendahului Realita

Setiap hari kita membuktikan bahwa filosofi "Pikiran mendahului realita"bukan hanya sebatas slogan kosong,melainkan memang terbukti begitu adanya. Kita tidak mungkin secara tetiba saja berada di Supermarket.karena kita bukan hidup dalam kisah 1001 malam dimana banyak terjadi keajaiban. 

Kita hidup di alam nyata ,bahwa sebelum berada di Supermarket,pasti dalam pikiran kita sudah ada niat"Saya mau berbelanja ke Supermarket" Maka pikiran ini menggerakkan kaki kita untuk melangkah ,menjelmakannya menjadi sebuah kenyataan. Contoh lain,sebelum mulai menulis di Kompasiana,pasti dalam alam pikiran kita sudah tercetus niat:"Saya mau menulis hari ini di Kompasiana" .Maka pikiran ini menggerakan tangan kita .Mulai mengambil laptop atau Ponsel dan mulai menulis untuk kemudian di posting. 

Hal ini berlaku dalam setiap ruang kehidupan,baik atau buruk pikiran kita akan menjelma menjadi kenyataan.Setiap pikiran negatif yang dibiarkan mengendap ,maka ibarat sebuah tiang penjara sudah dipancangkan. Semakin banyak pikiran negatif yang "dipelihara" maka semakin banyak tiang tiang penjara tak kasat mata mengelilingi diri kita. Baru sadar bahwa kita sudah terkurung oleh penjara yang diciptakan oleh pikiran negatif kita sendiri.

Robohkan Setiap Pikiran Negatif

Untuk mencegahnya,maka begitu pikiran negatif muncul. tolak dan alihkan pikiran kepada hal hal yang bersifat optimisme.Sehingga dengan jalan demikian,kita sungguh menjadi manusia yang merdeka seutuhnya. Bukah hanya secara phisik,tapi juga jiwa dan pikiran kita bebas dan merdeka. Dengan pikiran yang meredeka,akan banyak timbul idea idea ,dalam menghadapi berbagai probelma kehidupan.Sehingga mampu mengaplikasikan "Where there is a will.there is  a way". Di mana ada kemauan ,disitu akan ada jalan"
Setiap masalah,pasti akan ada solusinya. Jangan lupa "You are what you think" If you think you can,you can !" Kita akan menjadi seperti apa yang ada dalam pikiran ini. Setiap guratan pikiran kita akan menandai jalan hidup yang akan kita tempuh.

Mari kita selalu berpikiran positif ,untuk merawat kemerdekaan hati dan jiwa kita !

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun