Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Biduak Lalu Kiambang Batauik - Untuk Sahabat Kompasianers Tercinta

14 Agustus 2021   05:16 Diperbarui: 14 Agustus 2021   09:34 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: sangpemadam.blogspot.com

Hidup Bersifat Romantika dan Dinamika

Hidup bersifat romantika dan dinamika. Bergerak dari waktu ke waktu dan mengalami perubahan sesuai arus dan kehendak zaman. Tak ada yang mampu menghindari ataupun menepis hal ini,karena segala sesuatu yang ada di alam ini adalah merupakan "microcosmos" yang terpaut serta merupakan bagian yang tak terpisahkan dari "macrocosmos"  

Salah satu contoh  adalah suatu waktu bila ada perahu berlayar,maka tanaman kiambang yang selama ini hidup rukun di sungai menjadi terpisah dan terbelah dua.Tetapi setelah biduk berlalu,maka Kiambang akan bertaut kembali. Analogi ini mungkin sangat tepat untuk melukiskan kondisi yang terjadi dalam Rumah Kita Bersama yang bernama Kompasiana ini,serta sekaligus mengadopsi pesan moral yang tersirat dalam peribasa Minang tersebut diatas .

Kembali Kejudul :"Biduak Lalu Kiambang Batauik"

"Biduak Lalu Kiambang Batauik" merupakan kearifan dari ranah Minang . 

  • biduak - biduk - sampan - perahu kecil
  • lalu       - lewat - berlalu
  • kiambang- sejenis tanaman hidup diair
  • batauik- bertaut - menyatu 

Arti secara harfiah atau Literally  bermakna  :"Setelah biduk berlalu,maka kiambang akan bertaut kembali" Yang dapat dianalogikan,bahwa hidup itu selalu mengalami perubahan ,sesuai dengan tuntutan zaman. Dan setiap perubahan,pasti akan menimbulkan gejolak dan beragam reaksi .Tetapi dalam peribahasa ini ,tersirat pesan moral mendalam,yakni:'Setelah masalah yang menyebabkan sahabat kompasianers menjadi terpisah ,akhirnya akan kembali bertaut menjadi satu" Karena kita semuanya tumbuh diair yang sama,yakni sama sama hobi menulis,apapun latar belakangnya. Dari mulai mahasiswa hingga professor,dari mulai kernet angkot ,hingga  pengusaha dan seterusnya,sama sekali tidak ada masalah. Karena kita berada di Rumah Bersama ini adalah lantaran memiliki hobi yang sama.

Tulisan ini merupakan dedikasi saya untuk semua sahabat Kompasianer tanpa ada yang dikecualikan. Karena belakangan ini terasa benar suasana yang tidak nyaman  telah terjadi di Kompasiana. Mari kita sikapi secara arif dan bijak,bahwa semua yang terjadi merupakan bagian dari romantika kebersamaan kita sebagai sesama hobi menulis. Sesaat lagi"biduk" akan berlalu dan kita semua akan bertaut kembali .Sebuah harapan dan doa .

Catatan Tambahan :

Saya adalah orang Padang ,bukan orang Minang.  Tulisan ini saya tulis berdasarkan sudut pandang dari seorang yang lahir di Padang. Boleh jadi,ada penjelasan yang tidak pas,maka hal tersebut adalah merupakan kekurangan saya Mohon maaf lahir batin,seandainya hal tersebut terdapat dalam tulisan saya tentang petata petiti dalam bahasa Minang

Semoga pesan moral yang terkandung dalam petuah ini mampu menginspirasi para Penulis di Kompasiana Ini. 

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun