"Mengambil Muka" Â Dilakukan Bawahan Terhadap Atasan Untuk Dapatkan Sesuatu Keuntungan
Sebagai Penulis kita mau ambil muka pada siapa?
Seperti sudah pernah saya ceritakan sebelum menulis di Kompasiana, saya sudah menulis 10 judul buku dan semuanya di terbitkan oleh PT Elekmedia Komputindo yang kantornya berada di Gedung Kompas jalan Palmerah Jakarta.
Saat pertama membawa naskah, saya sama sekali tidak pernah merengek rengek agar naskah saya diterbitkan. Bahkan secara terus terang saya sampaikan bahwa saya sama sekali tidak paham mengenai istilah istilah di percetakan. Jadi saya hanya serahkan Naskah dan kemudian foto foto yang diminta. Urusan lainnya mohon maaf saya tidak tahu.Â
Tanpa perlu mengambil hati,apalagi mengambil muka, tidak satupun naskah saya yang ditolak,malahan saya "dikejar " agar secepatnya mempersiapkan naskah selanjutnya. Karena sering bertemu, maka selanjutnya, kami menjadi sahabat dan saling kontak, diluar masalah cetak mencetak. Bahkan ketika Ibu Candra menjadi Editor sempat saya undang ke acara ulang tahun Yayasan yang saya dirikan yang diselenggarakan di Lembang. Luar biasa bu Candra hadir padahal sama sekali tidak ada hubungan dengan cetak mencetak hanya semata mata hubungan persahabatan.
Pada waktu  sebelum Covid, setiap ada waktu kami pulang ke Jakarta, pasti saya dan isteri berkunjung ke Markas Besar Kompasiana di Gedung Kompas di Palmerah Jakarta. Dari sejak Pimpinan Kompasiana pak Pepih Nugraha,hingga berganti dengan mas Isjet dan belakangan dipimpin mas Nurul Ujuy, tradisi  berkunjung tetap kami lanjutkan.Â
Padahal saya sudah mendapatkan penghargaan Kompasianer of the year 2014. Tapi kunjungan kami berdua sama sekali tidak ada membawa misi apapun karena tidak ada yang kami harapkan selain dari hubungan persahabatan. Hal ini kami lakukan juga dalam kunjungan ke Kantor ORARI, di mana kami dulu aktif dan kini hanya sebagai anggota pasif.
Ada mbak Reza yang imut-imut, menyalami dengan senyuman manis, Mas Rizky dan Mas Last Boy yang tetap ganteng dan misterius, Mas Anas, mbak Fina, Tami, Apri, Maru, Nancy, Ariesa dan mbak Dinda yang ketawa lebar, serta mbak Gilang yang rasanya sudah pernah ketemu. Setelah itu, ternyata dilantai bawah kami sudah ditunggu oleh Pak Pepih diajak ngopi bareng dan ditraktir pak Pepih walaupun beliau sudah lama resign dari Kompasiana.