Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sarjana tapi Gengsi, Lalu Ijazah untuk Apa?

27 April 2021   21:24 Diperbarui: 27 April 2021   21:57 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesuksesan Hidup Tidak Tergantung Pada Selembar Ijazah, Tapi Pada Sikap Mental

Kalau memang terlahir sebagai anak miliuner ,ya nggak masalah ,mau gengsi gengsian ,mau tunggu lowongan kerja yang langsung dapat gaji 100 juta rupiah sebulan juga nggak masalah. Karena dengan main game dirumah sepanjang hari, semua kebutuhan hidup sudah disediakan oleh orang tua. Tapi kalau terlahir dalam keluarga sederhana atau masih belum dapat disebutkan kaya,ya janganlah gengsi gengsian.

Ukuran "kaya" itu sangat relatif. Sewaktu kami masih tinggal di Padang,punya sedan baru Corolla dan rumah permanent di Wisma Indah. dengan paviliun tingkat 3,saya sudah dianggap kaya oleh orang orang disekitar kami tinggal.

Kalau ke pondok berbelanja,wuih disambut sangat hormat dan kalau saya bilang:"Aduh,saya lupa bawa dompet".wuih yang punya toko langsung bilang :" Oo nggak apa apa, dibawa saja dulu pak. kapan kapan kesini saja dibayar "  Padahal dulu sewaktu hidup kami melarat, mau utang sekaleng susu saja tidak ada yang percaya. Tapi begitulah kenyataan hidup.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Kembali ke Judul

Tapi ketika kami pindah ke Jakarta, tetiba kami merasa jadi miskin. Karena dengan menjual semua aset kami di Padang,kami hanya dapat membeli rumah di Bintaro Jaya,di Jalan Pisok, yang ukurannya cuma 150 meteran. Sebutan :"Pak Effendi orang kaya"pupuslah sudah. 

Selanjutnya ,ketika kami pindah ke Australia,hasil penjualan 1 unit apartement di Mediteranea Lagoon ,seharga 1,5 M dan rumah kami di Bintaro, serta Honda Freed,ee mau beli rumah "RSS"ala Australia saja,ternyata uang saya tidak cukup. Karena disini,yang namanya "Rumah Caravan" senilai 300 ribu dolar atau setara 3 M. Langsung saja jadi orang kere disini. Syukur putra kami  bilang :" papa mama tidak usah beli rumah, kalau mau rumah saya di Burns Beach,bulan depan kontraknya habis dan tidak saya perpanjang lagi,kalau papa mama mau tinggal disana. Tentu saja kami mau.

Aduh sudah kembali kejudul.ceritanya melebar kemana mana. ya beginilah gaya Opa menulis,yakni gaya yang dalam bahasa keminggris minggrisan,adalah menulis gaya Storytelling

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Kembali ke Judul Sesungguhnya

Kalau terlahir dari keluarga yang belum termasuk kaya raya,maka hindarilah sifat gengsi gengsian,walaupun ada papa mama yang siap menanggung biaya hidup,walaupun tidak bekerja.Tapi kan malu  pada diri sendiri dan malu pada teman teman yang cuma tamatan SMA tapi sudah mampu mandiri?

Sewaktu masih tinggal  di Kemayoran di Jakarta, saya sering mencuci mobil di pinggir jalan. Bukan karena ingin murah,tapi kalau di bengkel resmi menunggu bisa berjam jam ,sedangkan cuci mobil di pinggir  jalan, begitu kendaraan kita parkir,sudah langsung disambut antusias.  Sambil menyaksikan mereka bekerja dengan cekatan,saya sempat bertanya tentang berapa modal kerja dan bagaimana hasilnya. 

Untuk mana saya ceritakan disini secara ringkat.  Pertama ,jangan pikir para pemuda yang bekerja cuci mobil disini adalah anak muda yang tidak sekolah. Karena rata rata mereka  lulusan sarjana. Tapi karena sangat sulit mencari lowongan pekerjaan yang gajinya bisa mencukupi kebutuhan hidup,maka mereka memilih menjadi pekerja cuci mobil. "Kami semuanya perantau pak. .Kalau tidak kerja mau makan apa?" Dan karena salah seorang berasal dari Sumatera Barat,maka pembicaraan kami menjadi lancar.

Tapi karena pembicaraan kami dalam bahasa Padang,maka daripada saya ulang menerjemahkannya,maka saya langsung saja tulis dalam bahasa Indonesia .

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Sofyan ,asal Pasaman ,Sumatera Barat mengawali bisnisnya dengan Modal Kerja:
  1. satu pompa air bekas, merk :"Sanyo " yang dibelinya seharga 600 ribuan.
  2. satu vacuum cleaner bekas ,seharga  500 ribu rupiah.
  3. Selang sepanjang 20 meter yang dibelinya dengan harga 200 ribuan 
  4. Kelengkapan lain lain dan sebuah kios kecil ,yang membutuhkan dana sekitar 800 ribu rupiah

"Alhamdulilah Om,minggu pertama ,hasil cuci mobil lebih dari 1,5 juta rupiah. Itu sudah keluar untuk gaji 2 orang temannya,yang ikut membantu mencuci kendaraan .Dalam sebulan awak mendapatkan hasil bersih sekitar 5 juta rupiah ,sudah dicadangkan untuk pembelian kelengkapan,bila nanti rusak.  Saat kendaraan sudah selesai dicuci, Sofyan menutup pembicaraan:" Kalau hidup dirantau mau gengsi gengsian,mana bisa hidup Om.yang penting halal"

Cuplikan kisah hidup ini,bukan satu satunya.Tapi tidak mungkin semuanya ditulis disini. Setidaknya melalui secuil kisah hidup ini ,diharapkan menjadi motivasi bagi para Sarjana kita yang selama ini,masih asyik main gim,ketimbang menciptakan lapangan kerja sendiri,seperti Sofyan.

Cucu cucu kami disini,sejak SMP sudah mulai kerja paruh waktu dan terus berlanjut hingga kuliah. Begitu selesai kuliah mereka pasti akan dapat pekerjaan,karena sudah dipersiapkan sejak sedini mungkin. 

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun