Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Apakah Non-Muslim Boleh Terima Daging Kurban?

10 Agustus 2019   06:01 Diperbarui: 10 Agustus 2019   21:59 9038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi daging kurban | Ilustrasi daging sapi (KOMPAS.com/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN)

Kebersamaan yang Indah

Hal yang tak akan pernah kita lupakan ada 2 jenis, yakni:

  1. Kejadian yang sangat menyakiti hati
  2. kejadian yang sangat menyenangkan

Kalau kejadian yang sangat menyakitkan sudah lama saya kubur dan sudah saya lupakan, walaupun sejujurnya sesekali kenangan pahit tersebut tiba-tiba muncul kembali dalam ingatan. 

Akan tetapi ada kenangan indah yang selalu kami ingat, apalagi bila mendengarkan lagu kampuang den nan jauah di mato dan menerima daging kurban.

Tentu saja kenangan ini menjadi kenangan indah. Bukan karena mendapatkan daging gratis, melainkan karena terciptanya hubungan yang sangat baik dengan orang-orang sekeliling tempat tinggal kami yang mayoritas memeluk Islam.

Diantarkan Daging Kurban

Pada waktu itu saya dan istri lagi membersihkan taman kami di samping rumah. Tiba-tiba ada yang memanggil.

" Assalamualaikum."

Maka saya menjawab, "Mualaikumsalam."

"Maaf, pak, ini ada daging kurban untuk bapak dan ibu, disuruh antar sama panitia," kata seorang remaja sambil mengulurkan sebuah bungkusan.

Tapi langsung saya jawab, "Terima kasih, ya. Tapi kami non-Muslim. Tolong dibawa kembali kepada panitia dan bilang terima kasih dari kami. Tapi kami tidak boleh menerimanya karena kami non-Muslim.

Maka dengan wajah agak kecewa remaja tadi menarik kembali tangannya yang sedang memegang bungkusan dan langsung pamitan dan mengayuh sepedanya.

Selang beberapa menit, yang datang malah salah seorang Panitia Kurban yang sudah lama kami kenal.

Kami persilakan masuk, tapi Ajo, begitu panggilan kami, menolak dengan santun, karena masih banyak pekerjaan.

Ajo mengatakan maksud kedatangannya adalah membawa daging kurban yang tadi dibawa pulang lagi oleh remaja yang mengantarkannya, karena kami tolak. 

"Bapak dan ibu, mohon daging ini diterima. Kami semua tahu bahwa bapak dan ibu adalah non-Muslim. Tapi selama ini, bapak dan ibu sangat peduli akan anak-anak di kampung ini. Maka sebagai ucapan rasa terima kasih mohon daging ini diterima. Dalam agama kami, tidak ada larangan untuk memberikan daging kurban kepada non-Muslim," tuturnya.

Tak ingin mengecewakan Ajo, maka daging tersebut saya terima dengan ucapan terima kasih. Dan Ajo pamit dengan wajah ceria.

Begitu saya bergerak melangkah untuk membawa masuk bungkusan daging tadi, tiba-tiba ada tamu lagi yang mengucap salam. Dan tampak di tangannya memegang bungkusan, sambil berkata, "Bapak dan ibu, ini titipan dari Panitia Kurban dari Jalan Paus. Maka saya langsung terima dan ucapkan terima kasih.

Hari itu, kami menerima empat bungkus daging kurban

Dijadikan Rendang

Sesaat saya berunding dengan istri mau diapakan daging sebanyak itu, saran dari istri saya dimasak jadi rendang dan kemudian dibagikan kepada penduduk yang kurang mampu. Maka langsung saya iyakan.

Sorenya, rendang sudah siap dan dibagi-bagi dalam 20 kotak plastik. 

Kemudian anak kami naik sepeda untuk mengantarkan daging kurban yang sudah menjadi rendang. Karena dibagi di lingkungan belakang perumahan Wisma indah dan di jalan Paus, dalam waktu kurang dari setengah jam anak kami sudah kembali.

Katanya, semua menerima dengan senang hati.

Hal ini secara tanpa sadar menjadi tradisi setiap tahun. Bahkan tahun-tahun berikutnya.

Semakin banyak daging kurban yang kami terima dan tetap dengan jalan yang sama kami bagikan kembali. 

Disayangi Orang Sekampung

Pada awal kami pindah dari Kampung Cina ke komplek Wisma Indah ini, banyak teman-teman mengkhawatirkan kami.

Tapi ternyata kami diterima bukan hanya dengan tangan terbuka, melainkan juga dengan hati yang terbuka. 

Ketika kami pamitan karena pindah ke Jakarta maka pak Haji Andri, tanpa diminta, membantu menyusun barang-barang yang akan kami bawa di kendaraan yang kami gunakan untuk berangkat.

Para tetangga dan orang sekampung datang, Mereka memeluk kami satu per satu. Dan menangis...

Ternyata kasih sayang mampu merobohkan dinding penyekat. Hal ini menjadi kenangan abadi bagi kami berdua.

Setiap kali tiba Hari Raya Kurban kenangan indah ini selalu hadir dalam hati kami. Karena sejak pindah ke Jakarta, kami tidak lagi pernah merasakan hubungan mesra seperti ketika masih di kampung halaman kami di Padang.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun