Maka dengan wajah agak kecewa remaja tadi menarik kembali tangannya yang sedang memegang bungkusan dan langsung pamitan dan mengayuh sepedanya.
Selang beberapa menit, yang datang malah salah seorang Panitia Kurban yang sudah lama kami kenal.
Kami persilakan masuk, tapi Ajo, begitu panggilan kami, menolak dengan santun, karena masih banyak pekerjaan.
Ajo mengatakan maksud kedatangannya adalah membawa daging kurban yang tadi dibawa pulang lagi oleh remaja yang mengantarkannya, karena kami tolak.Â
"Bapak dan ibu, mohon daging ini diterima. Kami semua tahu bahwa bapak dan ibu adalah non-Muslim. Tapi selama ini, bapak dan ibu sangat peduli akan anak-anak di kampung ini. Maka sebagai ucapan rasa terima kasih mohon daging ini diterima. Dalam agama kami, tidak ada larangan untuk memberikan daging kurban kepada non-Muslim," tuturnya.
Tak ingin mengecewakan Ajo, maka daging tersebut saya terima dengan ucapan terima kasih. Dan Ajo pamit dengan wajah ceria.
Begitu saya bergerak melangkah untuk membawa masuk bungkusan daging tadi, tiba-tiba ada tamu lagi yang mengucap salam. Dan tampak di tangannya memegang bungkusan, sambil berkata, "Bapak dan ibu, ini titipan dari Panitia Kurban dari Jalan Paus. Maka saya langsung terima dan ucapkan terima kasih.
Hari itu, kami menerima empat bungkus daging kurban
Dijadikan Rendang
Sesaat saya berunding dengan istri mau diapakan daging sebanyak itu, saran dari istri saya dimasak jadi rendang dan kemudian dibagikan kepada penduduk yang kurang mampu. Maka langsung saya iyakan.
Sorenya, rendang sudah siap dan dibagi-bagi dalam 20 kotak plastik.Â