Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Renungan Pribadi di Hari Sumpah Pemuda

28 Oktober 2017   20:05 Diperbarui: 28 Oktober 2017   20:14 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto : Kompasiana.com

Renungan Arti dan Makna Sumpah Pemuda Secara Mendalam

Malam ini,saya duduk diteras rumah di Burns Beach, Pikiran menerawang akan hari Sumpah Pemuda pada hari ini. Sebagai satu dari antara 245 juta warga Indonesia, apa sih yang sudah saya lakukan ,untuk mengisi Sumpah Pemuda? Rasanya belum banyak yang saya lakukan. Pikiran saya menerawang,akan pembicaraan kami dengan sesama orang Indonesia, yang kebetulan sama sama bertemu di Kantor Imigrasi di Harber Town, Perth Yang bertepatan pada bulan Oktober 4 tahun lalu.

Kunjungan kami kesini ,adalah untuk mengurus perpanjangan visa .Karena,walaupun sudah menjadi Permanent Residence atau penduduk Australia,setiap 5 tahun sekali,kami harus memperpanjang P.R (Permanen Residence ) kami. Karena kami masih tetap memegang Paspor R.I Setibanya di lokasi,karena sudah biasa,kami  langsung ke lantai 3 ,bagian Perpanjangan Visa.

Kami dapat nomer antrian ke 8 dan langsung mencari tempat duduk.  Disamping kami ada seorang pria setengah baya yang lagi duduk memegang Paspor.

Menyapa kami: 'Maaf,bapak dan ibu dari Indonesia ya? Menyalami kami,sambil memperkenalkan nama sebagai Sutarji. (bukan nama sebenarnya). Maka seperti biasa,bila bertemu dengan sesama orang Indonesia, diluar negeri, dalam hitungan detik kami bisa langsung akrab. Terlibat pembicaraan seputar domisili di Australia dan juga kesempatan untuk menjadi warga negara Australia. Saya ceritakan bahwa sesungguhnya, kami sudah memenuhi semua persyaratan.Namun ,kami memilih untuk tetap menjadi WNI. Mendengar jawaban saya, Pak Sutarji,tampak kaget dan langsung menasihati saya .

"Pak Effendi,anda keliru mengambil keputusan, Saya sudah menunggu 8 tahun,namun belum dapat. Anda disodori,malah menolak.." Percayalah ,anda tidak akan dianggap pahlawan,karena mengambil keputusan ini. Sungguh menurut saya,anda hanya terbawa emosi.

Kalau sudah jadi warga Australia ,setiap bulan dapat tunjangan  yang cukup besar,.. Bayangkan seumur hidup pak Effendi, setiap bulannya dapat biaya hidup,tanpa bekerja Saya ini kan pribumi,tapi kalau dapat kesempatan ,pasti tidak akan saya lewatkan. Nah, Pak Effendi,walaupun memilih tetap jadi Warganegara Indonesia. percayalah ,dimata masyarakat,anda adalah tetap"nonpri".Saya terpana mendapatkan wejangan tentang arti dan makna hidup dari pak Sutarji.

Renungan di Hari Sumpah Pemuda

Hari ini, kembali saya terngiang ngiang akan nasihat dari teman baru saya,pak Sutarji,Oktober 4 tahun lalu. Saya diingatkan ,agar jangan terjerumus oleh idealime yang memabukkan. Saya diminta untuk hidup berdasarkan realita yaitu hidup memerlukan uang . Pikiran yang bolak balik ini,membuat saya galau. Ternyata 70 tahun berusaha hidup sebagai orang Indonesia,masih dikatakan: "Non pribumi" Rasa hati saya, untuk kali ini, bukan Ibu Pertiwi yang menangis, tapi kami berdualah yang menangis..Karena tetap dianggap anak angkat,bahkan mungkin anak tiri dari Ibu Pertiwi..

Namun secara diam diam, saya mengucapkan Sumpah Pemuda didalam lubuk hati yang terdalam:

SUMPAH PEMUDA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun