Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Uniknya Mengisi BBM di Australia

11 September 2017   20:35 Diperbarui: 12 September 2017   09:18 1433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Self Service Mengisi BBM Di Australia

Rata rata di Pompa bensin di Indonesia, selalu ada petugas dari  SPBU yang siap melayani kita. Menanyakan mau isi premium atau premix? Dan kemudian mempersilakan kita menengok, bahwa status meteran dalam kondisi 00 . Tidak jarang, saking merasa dilayani, pengemudi kendaraan tidak mau turun dan merasa cukup memberikan order dari balik kemudi kendaraan. Kemudian menunggu hingga selesai dan masih tetap dikendaraan, membuka kaca jendela mobil dan membayar BBM. Enak benar rasanya.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Beda Negeri, Beda Aturan
Kalau di Australia, tidak ada petugas di hampir seluruh SPBU. Pengemudi mematikan mesin kendaraan dan turun dari mobil. Membuka tutup tangki dan mengisi sendiri. Tinggal menengok keangka yang menunjukkan total liter dan total harga yang harus dibayar. Pada setiap pompa ada nomor di dinding, Maka setelah selesai mengisi BBM, menutup dengan baik tangki BBM dan melangkah menuju ke Kasir yang berjarak lebih kurang 15 meteran dari pompa. Antri menunggu giliaran untuk membayar. Setelah tiba giliran kita, maka cukup menyebutkan nomor pompa dimana kita mengisi kendaraan dan membayar sesuai pemakaian.

Tambah Angin Ban dan Air Radiator Gratis

Untuk mengukur tekanan angin pada ban, disediakan secara gratis. Tapi jangan berharap akan ada yang melayani. Jadi disini tidak ada istilah boss atau pejabat. Kalau mau menambah angin ban atau air radiator, silahkan isi sendiri secara gratis. Juga kalau kaca mobil kotor, disediakan air dan alat pembersih kaca. 

Ada Camera CCTV Di Setiap Sudut
Karena sudah kejadian beberapa kali, para pemuda yang mabuk-mabukan mengisi BBM dan terus ngeloyor pergi, maka belakangan setiap SPBU dilengkapi dengan camera pengintai. Bila ada yang setelah mengisi BBM pura-pura lupa ingatan dan tidak membayarnya, maka nomor kendaraannya sudah masuk dalam rekaman CCTV. Disini, begitu tahu nomor kendaraan, maka Petugas akan tahu nama dan alamat pemiliknya.  Maka resikonya, nomor kendaraannya akan disebar luaskan keseluruh Pompa bensin. Dengan demikian, dimanapun ia mengisi BBM, pasti akan ditahan karena ada rekaman foto kendaraannya.

Karena itu, di Australia amat jarang ada yang mau meminjamkan kendaraannya kecuali antar keluarga sendiri. Karena bila dipinjamkan, maka apapun yang dilakukan oleh orang yang meminjamnya merupakan tanggung jawab yang meminjamkan. Baik terjadi pelanggaran rambu-rambu lalu lintgas maupun mengisi BBM dan kemudian menghilang tanpa membayarnya. Dan kalau di tilang, maka yang akan kena adalah  pemilik kendaraan, bukan yang meminjamnya. Selain dari denda, juga akan ada pemotongan point dari Driver Lisence Pemilik Kendaraan.

Selama tagihan belum dilunaskan, maka bila tiba waktu untuk registrasi, maka kendaraan tidak dapat diperpanjang registrasinya. Berarti tidak dapat digunakan lagi. Registrasi ini berlaku untuk semua jenis kendaraan roda empat. Jadi berbeda dengan di Indonesia, dimana hanya kendaraaan niaga yang terkena aturan kir atau pemeriksaan kelayakan kendaraan.

Makanya, kalau tidak benar-benar sahabat karib atau keluarga dekat, maka tidak akan ada yang mau meminjamkan kendaraannya. Karena pengalaman teman saya sesama orang indonesia, kedatangan tamu dari Indonesia. Namun karena kesibukan pekerjaannya, maka ia hanya meminjamkan kendaraannya dan tidak bisa ikut serta berkeliing kota. Tapi setelah tamu pulang ke Indonesia, tiba-tiba datang Surat tilang dan Driver Lisencenya dinyatakan withdraw atau tidak berlaku lagi, Karena demerit point berkali kali yakni overspeeding. Menerobos lampu merah dan parkir di tempat khusus untuk disable. Maksud hati mau berbuat baik,tapi buahnya ternyata sangat pahit.

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun