Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rumah seharusnya ber Fungsi sebagai Surga Berubah Ujud Jadi Neraka

20 Agustus 2014   02:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:06 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ft.detyanabungasblogspot.

Ketika Fungsi Surga berubah Ujud Jadi Neraka

Rumah adalah surga bagi setiap keluarga. Sebuah kalimat yang sangat menyejukkan hati. Penuh dengan kedamaian dan kasih sayang. Namun sayangnya ,kini kalimat ini ,hanya sebatas sebagai pajangan. Atau malah sudah dilempat disudut sudut gudang ,tertimbun oleh debu atau dimakan rayap.

Fungsi rumah sebagai surga sudah berubah ujud menjadi neraka . Berbagai spanduk.Demontrasi kaum wanita ataupun seminar yang mengebu ngebu, hanyalah sebatas penampilan diri pembicara, tentang kepeduliaannya terhadap Kekerasan dan Rumah Tangga.

Hiruk pikuk seminar . Komnas Hamdan Petugas Kepolisian ,masih ditambah lagi dengan komunitas yang mengatas namakan kepedulian terhadap korban KDRT., hanya sebatas singgah dan menjadi Head Line di Koran Koran dan topik pembicaraan hangat di radio,maupun di media elektronik lainnya.Namun semuanya bagaikan tersaput angin lalu. Tidak meninggalkan perubahaan apapun Ibarat kata pepatah : “ Anjing mengonggong, KDRT jalan teruuus!!”

Tidak Perlu Researh

“Fungsi Surga sudah berubah Ujud Menjadi Neraka”,bukanlah sebuah Judul Sinetron.Melainkan fakta yang terjadi di dalam kehidupan nyata. Kita tidak perlu melakukan researchatau membutuhkan keahlian khusus untuk melihat kenyataan ini.Mungkin saja kejadiannya hanya dua tiga langkah dari kediaman kita.



  • Suami potong lidah istri ,hanya karena menegurnya

  • Suami mengiris istri dengan golok dan memecahkan bibirnya dengan palu
  • Ayah banting anak ,karena anak bawel
  • Anak usia 3 tahun ,disiksa hingga luka parah
  • Untuk mendisiplin ,anaknya ditelanjangi ,diikat , dan di umpan dengan semut merah

Membaca judul saja , sudah membuat kita mual dan serasa ingin muntah. Tapi ini adalah sebuah fakta. Masyarakat Indonesia ,yang terkenal ramah tamah dan welas asih, ternyata sebagian sudah berubah ,menjadi predator. Yang jadi mangsanya justru adalah orang yang sesungguhnya harus dilindungi dan dikasihinya.

Setiap ungkapan diatas bisa dilacak lewat google, membuktikan bahwa bukan imaginasi ataupun karangan belaka.

[caption id="attachment_338866" align="aligncenter" width="500" caption="ft.stihmalang.co.id"]

14084527152061589445
14084527152061589445
[/caption]

Cuplikan Berita Secara Acak.

Secara acak , Penulis mengutip salah satu alinea dari 3 sumber yang berbeda. Bukan berarti di kota lain, tidak ada KDRT,tapicuplikan ini ,hanya sebatas gambaran, sejauh apa upaya pemerintah dan masyarakat Indonesia.memerangi KDRT

Beberapa cuplikan:

Komnas HAM

Sepanjang satu tahun, tercatat 8.315 kasus kekerasan terhadap istri, atau 66 persen dari kasus yang ditangani. Hampir setengah, atau 46 persen, dari kasus tersebut adalah kekerasan psikis, 28 persen kekerasan fisik, 17 persen kekerasan seksual, dan 8 persen kekerasan ekonomi.

Untuk itu, Komnas Perempuan meminta pimpinan institusi dan aparat penegak hukum berkomitmen untuk  segera menghentikan praktik kriminalisasi korban dan berpegang teguh bahwa KDRT adalah kejahatan kemanusiaan..

TEMPO.CO, Malang - Angka kekerasan terhadap ibu dan anak di Kabupaten Malang, Jawa Timur, sepanjang triwulan pertama 2014 meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2013. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) Kabupaten Malang mencatat ada 85 kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami ibu dan anak

Harianjogja.com, JOGJA—Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi di DIY semakin mengkhawatirkan. Sepanjang 2013, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Rifka Annisa menerima aduan 700 kasus KDRT di seluruh wilayah DIY. Dari semua kasus yang diterima, 60% di antaranya berujung gugatan perceraian

Piring terbang dan hafalan nama nama binatang

Piring dan mangkuk terbang ,bukan hanya dalam kisah Ufo, tapi benar benar terjadi dalam banyak rumah tangga. Hal ini dilengkapi dengan mengucapkan mantera mantera, yakni  nama nama seluruh hewan yang ada di kebun binatang.

Sejak masih merangkak, anak anak sudah :"di didik" untuk menghafal seluruh nama nama hewan, terutama:" Kerbau, anjing, babi dan tidak lupa juga nama setan juga ikut diorbitkan dalam perang piring dan mangkuk di dalam rumah tangga.

Perang ini ,sudah berlangsung sejak setengah abad yang lalu hingga kini. Dan herannya tak ada yang peduli, Mungkin hal ini dianggap proses pembelajaran budi pekerti untuk anak anak?!

.

Pemerintah Tak Berdaya?

Semakin meningkatnya kasus KDRT yang terjadi , sangat memprihatinkan, terlebih karena kasus tersebut tidak dapat terselesaikan dengan tuntas. Ketidakberdayaan pemerintah dan instansi terkait lainnya dalam menanggulangimasalah tersebut bukan hanya menyebabkan semakin banyaknya korban, tetapi yang lebih memprihatinkan adalah berkembangnya pandangan di tengah-tengah masyarakat bahwa pemerintah sudah tidak mampu memberikan jaminan perlindungan dan kesejahteraan kepada warga negaranya. Terlebih kepada anak anak dan kaum wanita.

Bahkan Polisi yang seharusnya cepat tanggap dan bertindak tegas, ternyata juga terkesan cuek dan tidak antusias menangani masalah KDRT ini.Sehingga menimbulkan kesan, seolah olah terjadi proses pembiaran

Membandingkan dengan Negara Australia

Mengambil contoh , betapa tindakan perlindungan terhadap anak dan wanita ,sungguh sungguh dijalankan secara tegas di sini.,bukanlah berarti bahwatidak pernah terjadi KDRT disini. Namun hanya sekedar sebuah masukan ,yang mungkin bermanfaat untuk menggugah kesadaran aparat pemerintah kita.

Anak Menangis Menjerit jerit, dalam waktu 15 menit Polisi dan Petugas Dinas Sosial dating

Suatu waktu ,cucu kami yang laki laki, lagi bermain dengan pesawat helicopter, yang kami bawakan dari Indonesia. Ia hanya ketoilet sebentar dan ketika kembaliingin melanjutkan permaninanya,ternyata mainan helikopternya sudah patah..Saking sedihnya, ia menangis menjerit jerit, dalam beberapa menit. Kami sudah coba membunjuknya, namun tangisannya masih belum reda.

Selang beberapa menit, tiba tiba bel berbunyi dan ketika dibuka, ada 2 orang Polisi dan 2 Petugas dari dinas social . Mereka mengatakan, ada telpon dari tetangga ,bahwa sudah terjadi sesuatu dan ada anak yang menjerit jerit.Mantu kami sudah menjelaskan ,bahwa cucu kami menangis karena mainanya patah. Namun Polisi dan petugas dinas social tidak gampang percaya begitu saja.Mereka minta bicara langsung kepada cucu kami yang menangis.

Dibawa kepekarangan dan mereka menanyai kenapa ia menangis. Setelah mendapatkan jawaban langsung, baru merekapamit.

Anak dikerok.Orang tua langsung diperiksa

Teman saya bercerita,bahwa ada seorang anak yang kedapatan punggungnya merah padam. Ketika ditanyai gurunya ,siapa yang melakukan hal ini, denganpolos ,si anak menjawab,bahwa yang melakukannya adalah ibunya.Guru kelas melaporkan kepada kepala sekolahdan langsung menelpon dinas perlindungan anak. Si ibu dipanggil dan diperiksa. Mereka tidak bisa menerima, bahwa kerokan itu bisa menyembuhkan, Karena logikanya adalah menyakiti atau menyiksa anak.

Perlu bantuan dari orang Australia yang sudah pernah tinggal di Indonesia, untuk memberikan kesaksian, bahwa di Indonesia dan mungkin di Asia, kerokan memang adalah salah satu bentuk penyembuhan tradisionil.

Tindakan cepat dan tegas seperti ini, walaupun tidak mungkin menghapuskan kekerasan terhadap anak anak dan wanita, namun setidaknya ,meminimalkankekejaman dalam keluarga.

Catatan Penulis:

Mungkin diperlukan Menteri Perlindungan Anak dan Wanita, yang diberikan wewenang untuk menangkap pelaku kekerasan ini,Sehingga anak anak dan kaum wanita Indonesia, dapat menikmati hidup layak dengan tenang dan damai.Untuk mewujudkan kembali :’ Rumah adalah surga bagi setiap keluarga”

Mount Saint Thomas. 19 Agustus, 2014

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun