Mohon tunggu...
Tjhen Tha
Tjhen Tha Mohon Tunggu... Insinyur - Speed, smart and smile

\r\nIa coba menjelaskan bahwa kebiasaan dalam keluarga kita selalu menggunakan nick-name atau panggilan sayang, huruf (i) didepan nama Tjhentha bukanlah arti turunan produk Apple seperti iPhone, iPad atau iPod tapi itu adalah sebutan sayang untuk orang yang dicintai. jadi huruf (i) di depan nama itu bukanlah untuk maksud pembeda gender. Tjhentha itu sendiri berasal dari dua suku kata Tjhen Tha, karena dulu belum ada huruf C maka di tulis Tj dan aslinya adalah Chen Tha yang berarti Cin-Ta.\r\niCinta dalam artian makna orang yang dicintai dalam kondisi pasif (dicintai) karena ia masih dalam kandungan. Ketika ia sudah lahir, iCinta berubah menjadi Cinta yang berubah peran jadi aktif sebagai kata kerja atau kewajiban (mencinta). Kewajiban Cinta sama derajadnya seperti kewajiban sholat, haji, puasa, zakat dll. sebagaimana dituliskan dalam Qs 42:23.\r\n“Katakanlah hai Muhammad, tidak aku pinta upah atas dakwahku kepada kalian melainkan kecintaan kalian kepada keluargaku (Ahlulbait).”\r\nOrang tuaku menyampaikan pesan dan wasiatnya dalam namaku untuk membayarkan utang mereka kepada Rasulullah yang telah mengajarkan Islam kepada mereka.\r\nSemoga aku bisa membayar hutang-hutang kami kepada Rasulullah saw dengan men-Cintai Ahlulbaitnya

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Subsidi BBM, Subsidi Mafia BBM

28 Agustus 2014   23:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:15 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Subsidi BBM, Subsidi Mafia BBM"
Awal bulan depan akan diselengarakan pameran IIMS (Indonesian International Motor Show) di Jakarta. Para produsen otomotif tersebut sangat konsern dengan isu sentral yang sedang terjadi akhir2 ini ditanah air terutama mengenai kelangkaan dan subsidi BBM karena menyangkut prospek dan keberlangsungan bisnis mereka.
Sepertinya para produsen mobil mempunyai pandangan yang seragam terhadap masalah subsidi BBM tersebut, yaitu perlunya program konversi BBM kepada BBG (bahan bakar gas).
Program konversi BBM kepada BBG artinya adanya komitmen pihak produsen untuk menyediakan dan menjual produk otomotif berbahan bakar gas atau produk dengan bahan bakar ganda. Akan tetapi tidak hanya disisi produsen otomotif tetapi perlunya komitmen positip dari pihak pemerintah yang juga harus berani menyediakan infrastruktur stasiun pengisian bahan bakar gas atau disebut SPBG. Selama ini pemerintah terkesan engan untuk membangun infrastruktur SPBG karena adanya perlawanan mafia BBM dari dalam.
Isu yang beredar yang dihembuskan saat ini adalah pembatasan jumlah subsidi BBM kepada masyarakat, tetapi sebenarnya itu adalah hembusan isu yang menyesatkan dari "kakek sihir" atau "dukun bahlul" (mencoba untuk tidak menggunakan istilah bias gender). Isu yang layak dan semestinya adalah Program Konversi BBG sebagai pengganti subsidi BBM.
Sebagai ilustrasi kita pernah berhasil dalam program konversi subsidi Minyak Tanah kepada BBG tabung 3 kilogram. Secara optimis kita bisa mengulang "success story" yang sama untuk BBM ke BBG.
Ketika pemerintah berdiri didepan berjuang mempertahankan subsidi BBM untuk rakyatnya sebenarnya ia sedang membela eksistensi dan kepentingan mafia impor BBM bersubsidi dibelakangnya.
Kenaikan harga BBM atau mengurangi subsidi BBM malah akan menimbulkan dampak negatif yang merugikan masyarakat dan meningkatkan inflasi dan menaikan harga-harga barang pokok berkaitan dengan biaya produksi dan transportasi.

Disatu sisi, jumlah monopoli BBM bersubsidi yang diimport mafia tersebut relatif stabil karena tingkat konsumsi BBM hanya sedikit berfluktuasi. Jika besaran subsidi BBM pertahun diperkirakan Rp300 trilyun dengan komposisi 50-60% adalah komponen subsidinya makan besarnya omset yang dinikmati mafia BBM pertahunnya adalah Rp500 trilyun s/d 600 trilyun.
Itulah ketika awal kepemimpinannya menteri bumn begitu semangat berusaha menaklukan mafia ini, akan tetapi seiring berjalannya waktu semangatnyapun melepuh. Begitu juga betapa furstrasinya dirut pertamina dalam ketidak berdayaanya menghadapi anak perusahaan Malingkundang yang durhaka pemegang hak monopoli import BBM, tapi setidaknya beliau secara halus sudah mengirimkan sinyal itu untuk ditangkap masyarakatnya. Tinggal dan hanya pemerintahnya saja yang mau dan bisa dikendalikan sepenuhnya olehnya.
Dimanakah arah peta kepemihakan kebijakan subsidi BBM saat ini. Jika kepemihakan kebijakan pemerintah kepada pengguna transportasi umum,maka konsumsi angkutan umum hanya 8% dari BBM bersubsidi. jika kepemihakan kepada rakyat kecil pengguna sepeda motor, maka mereka hanya mengkonsumsi 40% BBM bersubsidi. Penikmat utama dari BBM bersubsidi berapapun muatan besaran subsidinya baik itu 60%, 50% atau 20% adalah mafia BBM dengan omset Rp600T.
"Smart Policy" akan memulai dengan kepemihakan yang terarah, misalnya dengan memberikan subsidi BBM hanya kepada pengguna sepeda motor maka itu akan membunuh 60% omset sang mafia.
Lebih lanjut lagi, kebijakan yang indah pada waktunya akan dimulai dengan program konversi BBM ke BBG, maka itu akan membunuh mati sang mafia.
Akhirnya, mari kita bersama2
Katakan tidak pada subsidi
Katakan tidak pada mafia
Selamat datang BBG
Selamat datang BBBersih.....
Revolusi Mental....!!!


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun