Throwback dua puluh lima tahun yang lalu, tak terasa bahtera rumah tangga sudah berlayar jauh ke tengah samudra, berbagai halang rintang terpaksa dihadapi mulai hujan badai dan gelombang untuk memastikan bahtera ini tetap berlayar.
Pada titik ini saatnya kita menoleh jauh ke belakang dan untuk merenung, mengambil hikmah perjalanan jauh yang telah dilalui sekedar menyeka keringat yang jatuh sebelum mulai lagi berjalan ke depan.
Merenung dan merefleksikan diri pada ungkapan kata-kata yang disabdakan oleh kekasih Sang Pencipta, "Orang-orang yang terbaik dari kamu adalah orang yang berbuat baik kepada keluarganya dan sesungguhnya aku adalah yang paling baik kepada keluarga."
Terbersit pertanyaan di dalam hati, apa saja yang sudah kulakukan untuk keluarga, adakah yang dapat dibanggakan pada hari perayaan Silver Anniversary.
Adakah kado yang layak dipersembahkan untuk keluarga tercinta sebagai pertanggung jawabanku kepada Nabi SAW pemimpin umat.
Berjalan pelan dengan langkah berat, tidak banyak hal-hal yang istimewa telah dilalui serta kurangnya ungkapan rasa syukur.
Sebagian besar hidup kami dihabiskan di Bekasi yang untuk orang Jakarta disebut planet lain karena mempunyai iklim yang berbeda.
Walaupun disebut Jatibening airnya selalu keruh terutama disaat banjir. Kalau didaerah lain dikenal musim buah-buahan, mangga, manggis atau duren, di tempat kami dikenal dengan musim banjir tahunan, setiap tahun terkesan mewah karena harus membeli kasur baru.
Pengalaman paling ngenes dan menyedihkan ketika memindahkan barang-barang saat banjir ketemu ijazah yang hanya tinggal fotonya.
Tidak semuanya jelek kalau bisa bersyukur dan menemukan keindahannya, lokasi rumah di situ paling strategis karena jarak ke kantor dibilangan ring satu Ibu kota hanya ketemu satu setopan lampu merah dan bisa ditempuh kurang dari duapuluh menit dan tentunya saat jam 2 pagi.
Sepanjang mengarungi biduk bersama maafkan kurangnya perkhidmatan ini, saya yang ndak suka memasak hanya membantu mencuci piring, malas bebersih dan menyapu hanya membantu mengepel, gak suka melipat dan setrika baju tapi bisa membantu mencucinya, gak suka merapikan tempat tidur tapi suka membersihkan kamar mandi. Akhirnya hidup ini lebih seperti roda gigi yang bertautan untuk saling bergerak pada satu tujuan.
Rutinitas perjalanan kehidupan terkadang menimbulkan rasa cemburu dan kurangnya perhatian kasih sayang, seringkali terlontar ketidak puasan karena rasa sayang berlebihan kepada bang Didi.
Tapi bukankah kasih sayang itu sebenarnya tidak sama dan sebangun, kasih sayang itu lebih banyak tertuju pada yang berkebutuhan.
Sebagian orang membangun cinta segi-tiga, dalam biduk kita, kasih sayang itu berupa segi empat yang berputar. Bapak sayang abang didi, abang sayang adek, adek sayang ibu dan ibu sayang ayah. Sepertinya putaran yang semakin kencang ketika dikejar seakan tidak pernah saling ketemu.
Mungkin putaran itu akan berbalik, ketika adek selesai dengan dirinya dan tumbuh dewasa mulai menularkan empati ke abangnya, abang lebih perhatian ke ayah yang beranjak usia dan ayah lebih menyayangi ibu yang mulai kalem dan tidak ceriwis, ibu lebih menyayangi adek yang mulai tumbuh membanggakan. Saat itulah roda perputaran mulai berbalik arah.
Semestinya di hari yang berbahagia ini, setiap pasangan mempunyai kado yang istimewa sebagai penanda perjalanan hidupnya.
Sebagian gaya hidup mewah orang-orang kaya menghabiskan masa romantisnya dikapal pesiar mewah. Kalau dulu ada Titanic dan sekarang ada The Symphony of the Seas yang mengalahkan kemewahan Norwegian Epic dan Queen Mary 2.
Tak terasa suasana romantis mendengungkan lagu lawas dari Dolly Parton dan Kenny Rogers "Island in the stream" dengan liriknya mengajak "sail a way with me to another world" sebagai ungkapan cinta yang romantis didunia dan akhirat.
Alunan lagu ini mengingatkan akan tawaran tiket perjalanan yang ditawarkan setahun yang lalu. Tiket yang membanggakan sepanjang hidup ini, yang membuat diri ini bangga akan anugerah yang telah dicapai.
Tiket ini akan menjadi kado terindah pada peringatan Silver Anniversary kami. Setahun sebelum kepergiannya ke alam keabadiannya ustdaz Jalal pernah berjanji kepada murid-muridnya, bahwa ia akan menunggu sampai murid terakhirnya menaiki Bahtera Ahlulbait Nabi saw.
Dengan bermodalkan cinta pada ahlulbait Nabi, ---- we will sail away to another world.
Labbaikkallah.....