Namun (walaupun primer) bisa dipandang sebagai serpihan-serpihan yang membentangkan perkembangan kesejarahan manusia Indonesia, dari cikal bakal hingga mutakhir. Apalagi dalam perkembangannya sejarah lokal juga digayuti benang merah yang sama yaitu kekelaman kolonialisme.
Pengolahan lokalitas menjadi nasionalitas adalah pengolahan identitas yang pluralis yang sejajar sebagai kemitraan, sebagai yang 'menyatu' tanpa harus jadi satu, sebagai sebuah bangsa yang berproses bhineka.Â
Saat Nusantara menjadi Indonesia terjadilah proses lokalitas menjadi nasionalitas yang dibingkai dengan visi kebangsaan. Saat Indonesia sekarang menghadapi dunia global maka diperlukan proses yang serupa tapi berbeda, yaitu proses dari local genius menuju global wisdom tanpa terfragmentasi pada kotak-kotak instrumentalis atau pragmatis dengan tetap terbingkai pada nilai-nilai humanistik.
Identitas Indonesia harus diyakini sebagai tawaran simbolisasi ikatan dari berbagai identitas lokalitas, etnik, yang saling melengkapi satu dengan yang lain.Â
Upaya meneguhkan identitas keIndonesiaan yang terdiri dari pelbagai plural ini bukan soal yang mudah. Oleh karena itu upaya mengenali berbagai keberagaman plural ini dapat melalui penghikmatan kembali pada sejarah lokal.
Yang menjadi persoalan penting sekarang adalah bagaimana jalan untuk melakukan penghikmatan sejarah lokal yang pada gilirannya nanti harus mengkristal pada sejarah nasional? Itu yang menjadi pekerjaan rumah kita bersama***
*) Penulis adalah esais, penyair dan guru yang tinggal di Ngawi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H