Tak hanya menjadi senjata untuk merebut perhatian publik namun menciptakan dominasi bagi manusia yang lain. Saat itulah kata-kata dan bahasa memasuki wilayah paling gelap dalam kebudayaan manusia yaitu hanya sebagai alat kekuasaan.
Sungguh pun demikian, saat kata-kata dan bahasa terjebak dalam kungkungan kepentingan politik dan kuasa, ia masih menyimpan spiritnya yang suci dan mencerahkan.Â
Dengan kodratnya yang suci dan mulia, kata-kata dan bahasa membangun ruang antitesis bagi politik dan kekuasaan. Perlawanan terhadap politik dan kuasa pun berjalan melalui bahasa.Â
Salah satu wujudnya adalah membangkitkan kembali eksistensi manusia sebagai mahluk mulia melalui jalan sastra. Melalui sastralah dibangun kembali kualitas manusia, yang meminjam istilah Iqbal, sebagai insan kamil.Â
Kualitas manusia yang tumbuh dengan karaktek kemanusiaan yang kuat yang pada gilirannya mampu melawan bahkan melumpuhkan dominasi politik dan kuasa dalam ruang kehidupannya.Â
Melalui jalan sastralah, bahasa politik: siapa yang menang, siapa yang untung diubah dengan bahasa kebudayaan: di mana kebenarannya.
Akhirnya, jangan meremehkan kata dan bahasa sebab kata-kata dan bahasa adalah rahim yang selalu melahirkan kesadaran baru bagi gerak kebudayaan manusia.
*) Penulis adalah penyair yang tinggal di Ngawi.
Bukunya Percakapan Tan dan Riwayat Kuldi Para Pemuja Sajak menerima penghargaan
Sebagai salah satu buku puisi terbaik tk.Nasional di th 2016