Yang menarik, representasi seksual dalam teks-teks kuno juga menyentuh dimensi spiritual. Seksualitas dan tapabrata saling berhubungan. Dalam tradisi tantri seksual dipersepsikan sebagai ritual pelepasan diri jalan menuju moksa.
Akhirnya, melalui teks-teks kuno itu kita bisa melihat sejauhmana para nenek moyang kita memandang, terpesona terhadap rotika cinta dan seks sekaligus menariknya dalam dimensi yang lebih dalam yaitu spiritualitas.
Hal itu menunjukkan tradisi lama kita telah menempatkan keseimbangan antara laku jasmaniah dan batiniah.
Teks-teks itu pun juga menunjukkan lorong menuju pintu pengamatan tradisi dan gender sebagai fenomena sosial budaya dari satu masa tertentu.
**