Mohon tunggu...
Fatimatuzzahra
Fatimatuzzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa S1 di UIN Sunan Kalijaga (NIM: 24107030060)

Kerap disapa Tizzahra—Tizza untuk singkatnya. Menyukai kegiatan kepenulisan sejak kecil, merasa terhubung dengan sastra dan literatur. Bergaya dan mencari jati diri adalah kegiatan utamanya untuk mencari makna kehidupan yang baik baginya.

Selanjutnya

Tutup

Love

Healthy Relationship: Ideal Hubungan yang Menjadi Stereotip dan Standar

13 Juni 2025   18:22 Diperbarui: 13 Juni 2025   17:23 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Meta AI

Pernahkah kamu mendengarkan istilah "healthy relationship" dalam hidupmu? Pastinya pernah dan kamu akan tidak asing dengan istilah ini, terlebih lagi dalam konteks percintaan. Dalam pencarian kebahagiaan dan koneksi yang mendalam, kita sering kali mendambakan hubungan yang sehat. Namun, apa sebenarnya yang membentuk "hubungan sehat" itu?

Lebih dari sekadar ketertarikan fisik atau kesamaan minat, hubungan yang sehat adalah ekosistem yang dinamis, membutuhkan pemahaman, upaya, dan komitmen dari kedua belah pihak. Healthy relationship atau hubungan sehat seringkali menjadi stereotip yang diinginkan banyak orang, dalam hubungan sehat tersebut terdapat beberapa elemen yang menjadi pondasi dari hubungan sehat itu sendiri. Maka dari itu, pentinglah bagi kita untuk menyelami lebih dalam elemen-elemen kunci dari hubungan yang sehat.

1. Menerima Pasangan Apa Adanya
Salah satu aspek fundamental dari arti hubungan sehat itu sendiri ialah menerima pasangan apa adanya, bukan untuk apa yang mereka bisa menjadi. Ini adalah landasan empati dan penerimaan tanpa syarat. Ketika kita mencintai seseorang karena potensinya di masa depan, kita sebenarnya tidak mencintai mereka seutuhnya, melainkan versi ideal yang kita ciptakan. Penerimaan ini memungkinkan ruang bagi individualitas dan keaslian, seperti yang ditekankan dalam perbandingan sehat vs. tidak sehat: hubungan sehat menerima akhir, memungkinkan individualitas, dan tidak mencoba mengubah orang lain.

2. Empati dan Validasi
Hubungan yang sehat berkembang dalam lingkungan di mana empati dan validasi diberikan secara bebas. Ini berarti mendengarkan dan memahami perasaan pasangan, bukan langsung menawarkan nasihat yang tidak diminta atau, lebih buruk lagi, mengkritik. Sebaliknya, memberikan umpan balik yang konstruktif adalah kunci, dan ini sangat berbeda dari kritik yang merendahkan atau gaslighting yang merupakan ciri hubungan tidak sehat.

3. Komunikasi dan Ruang
Menunjukkan kepercayaan dan keyakinan adalah fondasi penting, bukan kontrol yang obsesif. Kepercayaan ini terkait erat dengan komunikasi yang efektif. Dalam hubungan yang sehat, kita berkomunikasi secara terbuka dan jujur, bukan berharap pasangan menebak-nebak pikiran kita. Komunikasi yang baik ini juga mencakup mengakui, mendukung, dan menghargai nilai serta tujuan individu pasangan, memberikan ruang bagi perubahan dan pertumbuhan. Ini berbanding terbalik dengan pengendalian, manipulasi, dan kecemburuan yang merusak dalam hubungan tidak sehat, di mana seseorang merasa tidak bahagia ketika pasangannya mencapai tujuannya.

4. Dukungan, Afirmasi, dan Mutual Respect
Hubungan yang sehat dicirikan oleh dukungan yang tulus, di mana kita menawarkan dukungan tanpa mencoba memperbaiki pasangan. Ini mencerminkan kemampuan untuk bekerja sama sebagai tim dan rasa hormat yang saling menguntungkan. Kita menyoroti dan menunjukkan kekuatan serta kebaikan dalam diri pasangan, alih-alih meremehkan atau menghina. Rasa syukur dan apresiasi adalah bumbu penyedap yang membuat hubungan terasa menyenangkan dan dihargai. Sebaliknya, ketidakbaikan, rasa tidak hormat, dan peremehan adalah tanda-tanda jelas dari hubungan yang tidak sehat.

5. Menikmati Kebersamaan dan Perayaan
Salah satu indikator paling sederhana dari hubungan yang sehat adalah menikmati kebersamaan dan merayakan serta menikmati satu sama lain. Ini mencakup menunjukkan diri yang otentik, dengan kepercayaan diri yang baik dan kenyamanan serta penerimaan terhadap diri sendiri dan pasangan. Ada batas-batas dan persetujuan yang jelas, menunjukkan rasa hormat terhadap ruang pribadi dan keinginan masing-masing.

6. Hindari Jebakan Hubungan Tidak Sehat
Daftar tentang hubungan tidak sehat memberikan peringatan yang jelas: perilaku obsesif, kontrol, permusuhan, ketidakjujuran, rasa tidak hormat, ketergantungan yang berlebihan, intimidasi, kekerasan, penghinaan, tuduhan palsu, rollercoaster emosional, keraguan diri, kecemburuan, kegelisahan, rendah diri, dan peremehan. Semua ini adalah racun yang secara perlahan akan menghancurkan fondasi hubungan apapun.

7. Investasi Waktu dan Upaya
Membangun hubungan yang sehat adalah sebuah investasi. Ini membutuhkan investasi waktu, ruang, dan kerja keras. Kita harus bersedia untuk menjadi ingin tahu dan mengajukan pertanyaan, alih-alih membuat asumsi. Kita tidak harus setuju pada segala hal, namun penting untuk memvalidasi dan mengakui pendapat serta sikap yang berbeda.

Pada akhirnya, hubungan yang sehat adalah tentang empati dan kebaikan, keandalan dan komitmen, kesamaan nilai dan tujuan, serta kemampuan untuk berkompromi dan beradaptasi. Ini adalah ruang yang aman di mana kedua belah pihak dapat tumbuh, merasa dihargai, dan menikmati kebersamaan dengan kegembiraan dan kepuasan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita dapat menciptakan hubungan yang tidak hanya bertahan lama, tetapi juga berkembang dan membawa kebahagiaan yang mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun