Mohon tunggu...
Prinz Tiyo
Prinz Tiyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - I just don't like the odds.

I just don't like the odds.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Olahraga Tradisional Memperkuat Karakter Bangsa

17 Maret 2019   19:46 Diperbarui: 17 Maret 2019   20:10 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan karakter semestinya berawal dari penguatan budaya yang menjadi asal-muasal segenap pelaku pendidikan, baik penyelenggara, pendidik, maupun peserta didik. Pendidikan karakter yang sejalan dengan pembangunan budaya akan yang berbasis pada kearifan lokal akan mengajarkan peserta didik untuk senantiasa dekat dengan keadaan yang sesungguhnya terjadi di sekitar mereka. 

Jika cara ini ditempuh dan berhasil dijalankan dengan baik maka pendidikan akan memiliki keterkaitan kuat dengan kecakapan pengembangan hidup yang berpedoman pada pemberdayaan keterampilan dan potensi yang dimiliki oleh setiap daerah. Pendidikan karakter yang berpedoman pada kearifan lokal merupakan sumber pembentuk karakter bangsa (Hasanah et al., 2016:3-5).

Berkenaan dengan ketentuan dari Kementerian Pendidikan Nasional (2011) mengenai18 nilai pendidikan karakter, pemberian pengetahuan dan penciptaan keterampilan olahraga tradisional kepada peserta didik memuat nilai-nilai semangat kebangsaan, cinta tanah air, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, dan menghargai prestasi. Melalui pelajaran olahraga tradisional peserta didik akan mempelajari semangat kebangsaan dan cinta tanah air dengan segenap kekayaan tradisi dan budaya yang dimilikinya. 

Kepedulian terhadap lingkungan dan sosial dalam hal ini mencakup kepekaan terhadap keadaan sesungguhnya yang terjadi di tempat tinggal mereka, termasuk kegiatan-kegiatan keolahragaan masyarakat setempat. Pelajaran olahraga tradisional menumbuhkan rasa dan sikap tanggung jawab kepada peserta didik terhadap jati diri bangsa dalam bentuk olahraga tradisional, sedangkan nilai penghargaan terhadap prestasi mengandung arti bahwa keberadaan olahraga tradisional tersebut merupakan capaian yang luhur dari nenek moyang bangsa. 

Pada gilirannya nanti capaian tradisi tersebut dapat menghasilkan prestasi sendiri dalam bentuk sumbangsih kepada masyarakat, negara, dan bangsa melalui capaian yang diperoleh dari kegiatan olahraga.

Jika kita mengamati perkembangan olahraga maka kita akan mengetahui bahwa olahraga-olahraga tradisional bangsa lain telah dipertandingkan di dalam kejuaraan-kejuaraan internasional olahraga. Sebagai misal, di dalam Olimpiade Musim Panas dan Universiade Musim Panas olahraga tradisional Jepang dan Korea, masing-masing, telah mewakilkan judo dan taekwondo sebagai cabang olahraga resmi. Di dalam World Games Jepang memiliki aikido, jujitsu, karate, dan sumo; Thailand memiliki muaythai; dan penduduk asli benua Amerika patut berbangga dengan lacrosse. 

Olahraga muaythai juga dipertandingkan di dalam Universiade bersama-sama olahraga tradisional lainnya, yakni sambo dari Rusia dan wushu dari Cina. Pada Asian Games 2018, selain judo, jujitsu, karate, pencak silat, sepak takraw, dan wushu, masyarakat juga menyaksikan perlombaan kabaddi (India) dan kurash (Uzbekistan) (Carr, 1999:212; Peiser, 1999:213-215; Guttman, 1999:378; Shishida, 1999:6-8; Duncan, 1999:387-388; DeMarco, 1999:462-463; Tausk, 2001:507-513; Green, 2001:524-530; Mittal, 2015:2; Little, 2012:232-233; Harris, 2001:350-354). 

Pencantuman pencak silat dan sepak takraw ke dalam Asian Games 2018 memberikan kebanggaan bagi masyarakat Indonesia. Akan tetapi, konsistensi dari kedua cabang olahraga tersebut untuk tetap menjadi bagian dari kejuaraan-kejuaraan besar olahraga di tingkat internasional masih harus dibuktikan.

Sembari terus mengusahakan pencak silat dan sepak takraw agar dikenal oleh semakin banyak orang di seluruh dunia, dengan target puncak kedua cabang olahraga ini masuk ke dalam agenda resmi Olimpiade, pendidikan nasional harus ikut berperan serta dengan penyelenggaraan muatan lokal di dalam pendidikan olahraga, yakni dengan memperbanyak olahraga tradisional di dalam pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. 

Misi pendidikan nasional bidang olahraga harus diarahkan pada promosi olahraga tradisional yang mendukung prestasi bangsa, bukan sekedar atraksi kebudayaan maupun penunjukan bukti kepada masyarakat dunia bahwa Indonesia memiliki kekayaan jenis olahraga tradisional. Cara yang paling ampuh ialah dengan mengajarkan olahraga-olahraga tradisional tersebut pada peserta didik semenjak usia dini. Seperti yang telah dikemukakan pada paragraf sebelumnya, langkah ini merupakan perwujudan dari pendidikan karakter yang berbasis pada tradisi lokal.

Indonesia sangat beruntung memperoleh "bonus demografi" karena masyarakat yang menghuni di dalamnya memiliki proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang besar di dalam evolusi kependudukan. Indonesia telah memperoleh keuntungan tersebut sejak tahun 2010 dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada periode tahun 2020-2030 (Kusdiania, 2015:124). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun