Mohon tunggu...
Prinz Tiyo
Prinz Tiyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - I just don't like the odds.

I just don't like the odds.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Olahraga Tradisional Memperkuat Karakter Bangsa

17 Maret 2019   19:46 Diperbarui: 17 Maret 2019   20:10 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Keberhasilan olahraga pencak silat menjadi penyumbang medali emas terbanyak bagi kontingen Indonesia di dalam Asian Games 2018 merupakan sebuah bukti yang kuat bahwa olahraga tradisional dapat berperan sebagai faktor pendukung prestasi olahraga dan sarana promosi kebudayaan bangsa.

Masyarakat Indonesia sangat aktif di dalam kegiatan olahraga. Hal ini diwujudkan dengan kegiatan-kegiatan rutin seperti senam pagi, gerak jalan, senam jantung sehat, dan lari. Olahraga telah mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah melalui peringatan Hari Olahraga Nasional yang jatuh pada tanggal 9 September pada setiap tahunnya berdasarkan Keppres RI No.67 Tahun 1985 tentang Hari Olahraga Nasional. 

Olahraga mengalami perkembangan yang sangat pesat di tengah masyarakat Indonesia baik dalam statusnya sebagai olahraga rekreasi maupun olahraga prestasi. Pada jalur prestasi Indonesia merupakan bagian dari berbagai kegiatan internasional olahraga dan telah menjadi anggota federasi-federasi internasional olahraga dan Komite Olimpiade Internasional. 

Di dalam kegiatan pendidikan olahraga termasuk ke dalam Kurikulum Pendidikan Nasional. Peserta didik pada jenjang pendidikan dasar hingga menengah memperoleh pelajaran olahraga melalui mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017). Sementara itu pada jenjang pendidikan tinggi Indonesia telah menyelenggarakan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK).

Olahraga adalah kegiatan kebudayaan yang paling universal karena mudah diakses dan diminati oleh semua orang, demikian dikemukakan oleh Linaza et al. (2013). Menyebarkan pengetahuan tentang kegiatan-kegiatan keolahragaan tradisional merupakan langkah yang sangat penting guna melestarikan dan mempromosikan olahraga sebagai bentuk pengungkapan warisan budaya yang tak kasat mata (intangible cultural heritage) (Lenzerini, 2011; Stefano et al., 2012). 

Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk oleh masyarakat yang berasal dari banyak latar belakang kebudayaan. Dengan demikian kegiatan masyarakat pada setiap kebudayaan tersebut memiliki keunikan. Jika olahraga merupakan bagian dari kebudayaan maka sebagai konsekuensi dari keragaman tersebut maka Indonesia memiliki banyak jenis kegiatan olahraga tradisional. 

Olahraga tradisional ini merupakan salah satu bentuk dari kearifan lokal. Kearifan lokal merupakan pengetahuan dasar yang diperoleh dari pengalaman hidup yang seirama dengan alam. Kearifan dari pengalaman yang riil akan menciptakan keterpaduan antara raga, jiwa, dan lingkungan (Nakhorntap, 1996). Dengan pemahaman ini maka penularan pengetahuan dan penciptaan keterampilan olahraga tradisional masyarakat sendiri akan lebih mudah karena orang yang memberikan maupun yang menerima pengetahuan tersebut merupakan bagian dari keterpaduan antara ketiga unsur yang disebutkan di atas.

Di dalam kaitannya dengan pendidikan karakter, kearifan lokal akan mempermudah usaha penanaman karakter pada para peserta didik di dalam kegiatan pendidikan dengan alasan bahwa jika peserta didik telah mengenali lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka maka tujuan pendidikan akan semakin mudah tercapai (Wahyuni & Hasanah, 2016).

Menurut Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017) pendidikan olahraga Indonesia secara intra kurikuler penuh dengan warna olahraga-olahraga yang secara konsep internasional berasal dari negara atau kebudayaan di luar Indonesia. Di dalam silabus tersebut terdapat hanya dua olahraga tradisional Indonesia, yang diajarkan, yakni pencak silat (Green, 2001:524-530) dan sepak takraw. 

Materi pelajaran olahraga lainnya adalah sepakbola, bola voli, kasti, tenis meja, renang, dan atletik, kesemuanya merupakan muatan serapan yang secara global diakui bukan berasal dari masyarakat Indonesia. Tulisan ini lebih sepakat dengan pendidikan karakter yang mengedepankan jati diri bangsa. Di dalam lingkup pendidikan karakter yang bertujuan untuk memperkuat budaya maka pendidikan olahraga tradisional harus diperkaya.

Telah sejak lama olahraga berperan sebagai perekat persatuan antar pulau dan antar suku di Nusantara. Setiap kelompok masyarakat tradisional di kawasan ini memiliki olahraga daerah yang berbeda-beda (Laksmi & Handayani, 2008:79). Sejumlah jenis olahraga tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, seperti logo, batu lele, besel kombe, balogo, dan maneweng kayu (Suwardi & Achmat, 1986:8-14; Pemda Kabupaten Kapuas, 2010: 61) dapat dicantumkan sebagai pokok pembahasan yang diajarkan kepada anak didik di dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. 

Pendidikan karakter semestinya berawal dari penguatan budaya yang menjadi asal-muasal segenap pelaku pendidikan, baik penyelenggara, pendidik, maupun peserta didik. Pendidikan karakter yang sejalan dengan pembangunan budaya akan yang berbasis pada kearifan lokal akan mengajarkan peserta didik untuk senantiasa dekat dengan keadaan yang sesungguhnya terjadi di sekitar mereka. 

Jika cara ini ditempuh dan berhasil dijalankan dengan baik maka pendidikan akan memiliki keterkaitan kuat dengan kecakapan pengembangan hidup yang berpedoman pada pemberdayaan keterampilan dan potensi yang dimiliki oleh setiap daerah. Pendidikan karakter yang berpedoman pada kearifan lokal merupakan sumber pembentuk karakter bangsa (Hasanah et al., 2016:3-5).

Berkenaan dengan ketentuan dari Kementerian Pendidikan Nasional (2011) mengenai18 nilai pendidikan karakter, pemberian pengetahuan dan penciptaan keterampilan olahraga tradisional kepada peserta didik memuat nilai-nilai semangat kebangsaan, cinta tanah air, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, dan menghargai prestasi. Melalui pelajaran olahraga tradisional peserta didik akan mempelajari semangat kebangsaan dan cinta tanah air dengan segenap kekayaan tradisi dan budaya yang dimilikinya. 

Kepedulian terhadap lingkungan dan sosial dalam hal ini mencakup kepekaan terhadap keadaan sesungguhnya yang terjadi di tempat tinggal mereka, termasuk kegiatan-kegiatan keolahragaan masyarakat setempat. Pelajaran olahraga tradisional menumbuhkan rasa dan sikap tanggung jawab kepada peserta didik terhadap jati diri bangsa dalam bentuk olahraga tradisional, sedangkan nilai penghargaan terhadap prestasi mengandung arti bahwa keberadaan olahraga tradisional tersebut merupakan capaian yang luhur dari nenek moyang bangsa. 

Pada gilirannya nanti capaian tradisi tersebut dapat menghasilkan prestasi sendiri dalam bentuk sumbangsih kepada masyarakat, negara, dan bangsa melalui capaian yang diperoleh dari kegiatan olahraga.

Jika kita mengamati perkembangan olahraga maka kita akan mengetahui bahwa olahraga-olahraga tradisional bangsa lain telah dipertandingkan di dalam kejuaraan-kejuaraan internasional olahraga. Sebagai misal, di dalam Olimpiade Musim Panas dan Universiade Musim Panas olahraga tradisional Jepang dan Korea, masing-masing, telah mewakilkan judo dan taekwondo sebagai cabang olahraga resmi. Di dalam World Games Jepang memiliki aikido, jujitsu, karate, dan sumo; Thailand memiliki muaythai; dan penduduk asli benua Amerika patut berbangga dengan lacrosse. 

Olahraga muaythai juga dipertandingkan di dalam Universiade bersama-sama olahraga tradisional lainnya, yakni sambo dari Rusia dan wushu dari Cina. Pada Asian Games 2018, selain judo, jujitsu, karate, pencak silat, sepak takraw, dan wushu, masyarakat juga menyaksikan perlombaan kabaddi (India) dan kurash (Uzbekistan) (Carr, 1999:212; Peiser, 1999:213-215; Guttman, 1999:378; Shishida, 1999:6-8; Duncan, 1999:387-388; DeMarco, 1999:462-463; Tausk, 2001:507-513; Green, 2001:524-530; Mittal, 2015:2; Little, 2012:232-233; Harris, 2001:350-354). 

Pencantuman pencak silat dan sepak takraw ke dalam Asian Games 2018 memberikan kebanggaan bagi masyarakat Indonesia. Akan tetapi, konsistensi dari kedua cabang olahraga tersebut untuk tetap menjadi bagian dari kejuaraan-kejuaraan besar olahraga di tingkat internasional masih harus dibuktikan.

Sembari terus mengusahakan pencak silat dan sepak takraw agar dikenal oleh semakin banyak orang di seluruh dunia, dengan target puncak kedua cabang olahraga ini masuk ke dalam agenda resmi Olimpiade, pendidikan nasional harus ikut berperan serta dengan penyelenggaraan muatan lokal di dalam pendidikan olahraga, yakni dengan memperbanyak olahraga tradisional di dalam pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. 

Misi pendidikan nasional bidang olahraga harus diarahkan pada promosi olahraga tradisional yang mendukung prestasi bangsa, bukan sekedar atraksi kebudayaan maupun penunjukan bukti kepada masyarakat dunia bahwa Indonesia memiliki kekayaan jenis olahraga tradisional. Cara yang paling ampuh ialah dengan mengajarkan olahraga-olahraga tradisional tersebut pada peserta didik semenjak usia dini. Seperti yang telah dikemukakan pada paragraf sebelumnya, langkah ini merupakan perwujudan dari pendidikan karakter yang berbasis pada tradisi lokal.

Indonesia sangat beruntung memperoleh "bonus demografi" karena masyarakat yang menghuni di dalamnya memiliki proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang besar di dalam evolusi kependudukan. Indonesia telah memperoleh keuntungan tersebut sejak tahun 2010 dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada periode tahun 2020-2030 (Kusdiania, 2015:124). 

Dengan kata lain, negara ini memiliki modal yang besar untuk menghasilkan sumber daya manusia usia produktif yang merupakan periode yang memungkinkan prestasi puncak di dalam bidang olahraga. Akan disayangkan bilamana masyarakat kita sekedar melakukan kegiatan olahraga yang berasal dari kebudayaan, bangsa, atau negara di luar Indonesia.

Referensi:

Carr KG. 1999. Judo. In: D Levinson, K Christensen. (eds). Encyclopedia of World Sport: From Ancient Times to the Present. 1999. Oxford, Great Britain: Oxford University Press. pp.207.

Carr KG. 1999. Jujitsu. In: D Levinson, K Christensen. (eds). Encyclopedia of World Sport: From Ancient Times to the Present. 1999. Oxford, Great Britain: Oxford University Press. pp.212.

DeMarco MA. 1999. Wushu. In: D Levinson, K Christensen. (eds). Encyclopedia of World Sport: From Ancient Times to the Present. 1999. Oxford, Great Britain: Oxford University Press. pp.212.

Duncan ME. 1999. Taekwondo. In: D Levinson, K Christensen. (eds). Encyclopedia of World Sport: From Ancient Times to the Present. 1999. Oxford, Great Britain: Oxford University Press. pp.387-388.

Green TA. (ed.). 2001. Martial Arts of the World. Volume One, A-Q. California, United States: ABC-CLIO. pp.524-530.

Guttman A. 1999. Sumo. In: D Levinson, K Christensen. (eds). Encyclopedia of World Sport: From Ancient Times to the Present. 1999. Oxford, Great Britain: Oxford University Press. pp.378.

Hasanah A, Gustini N, Rohaniawati D. 2016. Nilai-nilai Karakter Sunda: Internalisasi Nilai-nilai Karakter Sunda di Sekolah. Yogyakarta, Indonesia: deepublish.

International Olympic Committee. Diakses dari https://www.olympic.org, pada tanggal 14 Maret 2019.

International University Sports Federation. Summer Universiade. Diakses dari https://www.fisu.net/sport-events/summer-universiade, pada tanggal 14 Maret 2019.

Jackson SJ. 1999. Lacrosse. In: D Levinson, K Christensen. (eds). Encyclopedia of World Sport: From Ancient Times to the Present. 1999. Oxford, Great Britain: Oxford University Press. pp.219-221.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs): Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Jakarta, Indonesia.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Badan Penelitian dan Pengembangan. Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Jakarta.

Keputusan Presiden Republik Indonesia No.67 Tahun 1985 tentang Hari Olahraga Nasional.

Kusdiana D. 2015. Analisis pemanfaatan bonus demografi di Indonesia. Dalam: SS Remi. Mobilitas Penduduk dan Bonus Demografi. 2015. Bandung, Indonesia: Unpad Press. hal.124-131.

Lenzerini F. 2011. Intangible cultural heritage: the living culture of peoples. European Journal of International Law, 22:101-120.

Linaza M, Moran K, O'Connor NE. 2013. Traditional sports and games: A new opportunity for personalized access to cultural heritage.

Little C. 2012. Kurash. In: J Nauright, C Parish. (eds.). Sports Around the World: History, Culture, and Practice. 2012. California, United States: ABC-CLIO. pp.232-233.

Mittal P. (ed). 2015. Kabaddi: Rules and Regulations. New Delhi, India: Naskanth Prakashan.

Nakhorntap S. 1996. Report of the study on patterns of process in promoting teacher and school participation for prevention and solution of problems concerning child labor in Thailand. Journal of Research on Humanities Information Study. Office of the National Education.

Peiser BJ. 1999. Karate. In: D Levinson, K Christensen. (eds). Encyclopedia of World Sport: From Ancient Times to the Present. 1999. Oxford, Great Britain: Oxford University Press. pp.213-215.

Shishida F. 1999. Aikido. In: D Levinson, K Christensen. (eds). Encyclopedia of World Sport: From Ancient Times to the Present. 1999. Oxford, Great Britain: Oxford University Press. pp.6-8.

Stefano ML, Davis P, Corsane G. (eds). 2012. Safeguarding Intangible Cutlural Heritage: Touching the Intangible. Sufolk, Great Britain: Boydell & Brewer.

Tausk GP. 2001. Sambo. In: TA Green. Martial Arts of the World. Volume One, A-Q. 2001. California, United States: ABC-CLIO. pp.507-503.

The World Games. Diakses dari https://www.theworldgames.org, pada tanggal 16 Maret 2019.

Wahyuni DE, Hasanah SA. 2016. Pendidikan karakter berbasis kearifanlokal pembentuk karakter bangsa. Seminar Nasional Pendidikan "Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa Berbasis Kearifan Lokal dalam Era MEA", 17 Februari 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun