Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dua Raksasa Bertemu Lagi, Babak Baru Drama Terpanas Dunia Dimulai!

16 Agustus 2025   11:55 Diperbarui: 16 Agustus 2025   11:55 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua Raksasa Bertemu Lagi, Babak Baru Drama Terpanas Dunia Dimulai! | tangkapan layar fox news

Dunia terperangah. Badai politik menerjang Washington. Trump dituduh berkhianat oleh lawan-lawan politiknya dan bahkan oleh beberapa sekutunya. Momen di Helsinki itu menjadi semacam dosa asal dalam hubungan Trump-Putin, sebuah bayangan yang terus mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi dan menjadi bukti bagi para kritikus bahwa Trump terlalu lunak, atau bahkan tunduk, pada pemimpin Rusia itu.

Selain Helsinki, ada pertemuan-pertemuan lain yang tak kalah menarik. Di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang, pada 2019, Trump, sambil tersenyum dan menunjuk jarinya ke Putin, berkata, "Jangan ikut campur dalam pemilu, Presiden." 

Lelucon itu terasa canggung dan bagi banyak orang, meremehkan betapa seriusnya ancaman campur tangan asing.

Sebelumnya, mereka juga bertemu di KTT G20 Hamburg (2017), Buenos Aires (2018), dan KTT APEC di Vietnam (2017). Di setiap pertemuan ini, bahasa tubuh mereka dianalisis, setiap kata ditafsirkan. Polanya selalu sama. Ada semacam chemistry pribadi yang aneh di antara keduanya, tetapi selalu dibayangi oleh kepentingan nasional yang saling bertentangan dan kecurigaan dari seluruh dunia.

Di Balik Jabat Tangan

Jadi, apa sebenarnya yang ada di benak kedua orang ini? Mengapa hubungan mereka begitu panas-dingin?

Dari sisi Donald Trump, mantranya selalu jelas, "berhubungan baik dengan Rusia adalah hal yang baik, bukan hal yang buruk." Sebagai seorang pebisnis dan deal-maker, Trump melihat geopolitik secara transaksional. Baginya, permusuhan era Perang Dingin adalah masa lalu. Ia percaya bahwa dialog langsung, dari satu "orang kuat" ke "orang kuat" lainnya, bisa menyelesaikan masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh birokrat dan diplomat. Ia frustrasi dengan apa yang ia sebut "Russia hoax" dan merasa bahwa tekanan politik domestik menghalanginya untuk membangun hubungan yang lebih produktif dengan Moskow. Pertemuan seperti di Alaska adalah caranya untuk membuktikan bahwa metodenya, diplomasi pribadi bisa berhasil.

Dari sisi Vladimir Putin, permainannya jauh lebih dalam dan strategis. Selama bertahun-tahun, tujuannya adalah mengembalikan Rusia ke statusnya sebagai kekuatan dunia yang disegani, setara dengan Amerika Serikat. Ia melihat NATO sebagai ancaman dan runtuhnya Uni Soviet sebagai "bencana geopolitik terbesar abad ke-20." Setiap pertemuan dengan Presiden AS adalah panggung baginya untuk memproyeksikan kekuatan dan menunjukkan kepada rakyatnya bahwa Rusia tidak tunduk pada siapa pun. Dengan bertemu Trump, terutama setelah invasi ke Ukraina, Putin mengirimkan pesan, "Kalian boleh mengisolasi kami, tetapi pada akhirnya, kalian tetap membutuhkan kami."

Maka, hubungan mereka adalah tarian yang rumit. Trump mencari "kesepakatan" dan pengakuan atas kemampuannya sebagai negosiator. Putin mencari legitimasi dan pemulihan status global Rusia. Kadang, kepentingan mereka sejalan. Di lain waktu, mereka bertabrakan hebat. Inilah yang menciptakan dinamika "panas-dingin" yang membuat semua orang terus menebak-nebak.

Permainan Catur Belum Usai

Kembali ke Alaska. Saat debu diplomatik mulai mereda, satu hal menjadi jelas. Pertemuan itu bukanlah akhir dari cerita, melainkan hanyalah awal dari sebuah babak baru yang lebih rumit. Tidak ada perdamaian yang tercipta, tetapi benih kemungkinan telah ditanam. Pertanyaan besar yang tersisa adalah apakah benih itu akan tumbuh menjadi pohon perdamaian yang kokoh, atau layu di tengah musim dingin geopolitik yang tak kunjung usai?

Saga Trump dan Putin adalah pengingat bahwa sejarah tidak ditulis oleh sistem atau kebijakan yang abstrak, tetapi oleh individu-individu dengan ego, ambisi, dan kalkulasi mereka sendiri. Hubungan antara dua orang ini telah, dan akan terus, membentuk nasib jutaan orang, dari medan perang di Ukraina hingga koridor kekuasaan di seluruh dunia.

Permainan catur global ini masih jauh dari kata selesai. Semua bidak masih ada di papan. Dan saat ini, seluruh dunia sedang menatap papan itu, menahan napas, menunggu langkah mereka selanjutnya. Apa pun langkah itu, pastinya akan kembali mengguncang dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun