Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ingin Dihormati Anak? Hentikan 8 Kebiasaan Normal yang Ternyata Meracuni Hubungan Ini

14 Agustus 2025   17:50 Diperbarui: 14 Agustus 2025   14:08 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang ayah dan anak yang sedang berinteraksi dengan penuh perhatian dan kasih sayang. (Freepik) 

Racun Tersembunyinya Setiap kali kita melanggar privasinya, kita sedang mengirim pesan, "Aku tidak percaya padamu." Kepercayaan itu seperti kaca; sekali pecah, butuh usaha luar biasa untuk merekatkannya kembali. Anak akan belajar membangun tembok yang lebih tinggi, membuat akun media sosial rahasia, dan tidak akan pernah lagi menjadikan kita tempat curhatnya yang aman.

Jalan Menuju Hormat adalah Hormati pintu kamarnya yang tertutup, hargai buku hariannya yang terkunci. Jika Anda khawatir, ajak bicara, bukan menginterogasi. Katakan, "Ayah/Bunda lihat kamu akhir-akhir ini lebih sering di kamar, semua baik-baik saja? Kalau ada yang mau diceritakan, kami di sini ya." Menghormati batasannya adalah cara terbaik untuk mengatakan, "Aku percaya padamu dan aku menghargaimu sebagai individu."

3. Menjadi Diktator, Bukan Pembimbing

Kebiasaan "Normal", "Pokoknya kamu harus nurut! Nggak ada tapi-tapian!"

Sebagai orang tua, kita merasa lebih tahu mana yang terbaik. Memberi perintah langsung tanpa penjelasan terasa lebih efisien daripada harus berdebat panjang lebar. "Cepat mandi!", "Kerjakan PR sekarang!", "Jangan main game!"

Racun Tersembunyinya Anak yang hanya menerima perintah akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak bisa mengambil keputusan, kurang inisiatif, dan merasa tidak berdaya. Mereka melakukan sesuatu karena "disuruh", bukan karena "paham". Ini menciptakan robot, bukan manusia yang berpikir kritis.

Jalan Menuju Hormat adalah Ubah peran dari seorang diktator menjadi seorang pembimbing. Alih-alih memberi perintah, libatkan mereka. Ganti "Cepat mandi!" dengan "Sudah sore nih, enaknya mandi sekarang atau 10 menit lagi? Biar nanti malam bisa nonton TV lebih lama." Memberikan pilihan dan penjelasan di balik aturan membuat anak merasa dihargai dan menjadi bagian dari solusi.

4. Mengabaikan untuk Mendengarkan, Saat Kita Sibuk dengan Dunia Sendiri

Kebiasaan "Normal", Mengangguk-angguk sambil mata tetap menatap layar ponsel saat anak bercerita panjang lebar tentang teman sekolahnya atau gambar yang baru ia buat.

Racun Tersembunyinya Mengabaikan cerita mereka, sekecil dan sepele apa pun itu bagi kita adalah cara halus untuk berkata, "Ceritamu tidak penting. Perasaanmu tidak valid. Aku lebih peduli pada ponselku." Ketika kita terus-menerus melakukannya, anak akan berhenti mencoba. Mereka akan mencari telinga lain yang mau mendengarkan, dan seringkali itu bukan telinga yang kita inginkan.

Jalan Menuju Hormat adalah Letakkan ponsel. Tatap matanya. Dengarkan dengan sepenuh hati. Ajukan pertanyaan. Tunjukkan bahwa Anda tertarik. Lima menit mendengarkan secara total jauh lebih berharga daripada satu jam mendengarkan sambil lalu. Ini menunjukkan bahwa mereka adalah prioritas Anda.

5. Lupa Memberikan Pujian, Terlalu Fokus pada Kesalahan!

Kebiasaan "Normal", "Nilai Matematikamu 90, bagus. Tapi kenapa Bahasa Inggris cuma 70? Kamu kurang belajar ya?"

Kita ingin anak kita menjadi yang terbaik, jadi kita secara alami menunjukkan di mana letak kekurangannya, dengan harapan ia akan memperbaikinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun