Persidangan kasus yang menjerat Nikita Mirzani di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan selalu menjadi panggung drama. Namun, apa yang terjadi pada Kamis, 7 Agustus 2025, menjadi titik didih yang melahirkan sebuah gebrakan baru. Pemicunya, penolakan hakim untuk memutar sebuah rekaman suara yang diyakini oleh pihak Nikita sebagai bukti kunci. Rekaman yang konon bisa membongkar dugaan permainan kotor di balik layar. Ditolak di ruang sidang, Nikita memilih arena lain untuk bertarung. Pengadilan opini publik dan koridor lembaga anti-rasuah.
Merasa dicurangi di sidang karena rekaman ditolak hakim, Nikita Mirzani melawan balik dengan melaporkan dugaan suap jaksa & hakim ke KPK. - Tiyarman Gulo
Bara Api di Ruang Sidang, Rekaman yang Tak Boleh Terdengar
Pihak Nikita Mirzani mengajukan permohonan untuk memutar sebuah rekaman. Ini bukan sembarang rekaman. Menurut klaim yang beredar, isinya sangat eksplosif. Percakapan yang mengarah pada dugaan suap yang melibatkan pihak lawannya, Reza Gladys, kepada oknum jaksa dan hakim. Ini adalah kartu truf yang diharapkan bisa membalikkan keadaan.
Namun, palu hakim berkata lain. Permohonan itu ditolak mentah-mentah. Seketika, Nikita tampak meradang. Baginya, penolakan ini bukan sekadar penolakan bukti, melainkan sinyal bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Mengapa bukti yang berpotensi membongkar kebobrokan dalam proses hukum justru tidak boleh didengar di ruang pengadilan itu sendiri? Pertanyaan inilah yang menjadi bara api yang menyulut langkah nekatnya berikutnya.
Gebrakan di Instagram, Tanda Terima dari KPK Jadi Bukti
Jika pintu ruang sidang terasa tertutup, Nikita Mirzani membuka pintu lain yang jangkauannya jauh lebih luas, yaitu media sosial. Beberapa saat setelah drama di pengadilan, akun Instagram @nikitamirzanimawardi_172 mengunggah sebuah foto yang langsung menjadi pusat perhatian. Bukan foto glamor atau sindiran biasa, melainkan sebuah surat tanda terima resmi dari KPK.
Dalam surat bernomor 011/VII/2025 itu, tertulis dengan jelas, "Surat tanda terima dari Nikita Mirzani... berupa pengaduan dugaan tindak pidana korupsi dan/atau patut diduga adanya tindakan suap terhadap aparat penegak hukum."
"Sesuai permintaan nepos laporin saja ke @official.kpk. Kami sudah laporin, ya," tulis Nikita dalam captionnya, seolah menjawab tantangan seseorang.Â
Langkah ini adalah sebuah pernyataan perang. Nikita tidak lagi hanya bertahan dari dakwaan, ia kini secara aktif menuduh adanya konspirasi yang lebih besar. Ia berharap KPK turun tangan.Â
"Semoga @official.kpk segera menindaklanjuti... Agar masih ada keadilan di negara Republik Indonesia," tandasnya.
Misteri di Balik Rekaman, Apa yang Sebenarnya Disembunyikan?
Langkah Nikita melapor ke KPK secara otomatis membuat publik bertanya-tanya. Apa sebenarnya isi rekaman itu? Penolakan hakim untuk memutarnya, yang kemudian disusul dengan laporan ke KPK, menciptakan sebuah narasi yang penuh kecurigaan. Apakah hakim khawatir dengan isinya? Apakah ada upaya untuk melindungi oknum tertentu?
Dengan melaporkan dugaan suap ini, Nikita secara strategis menempatkan para penegak hukum yang menangani kasusnya, termasuk jaksa dan hakim, di bawah sorotan lembaga anti-korupsi. Ini adalah langkah berani yang bisa menjadi bumerang, namun juga bisa menjadi satu-satunya cara untuk membongkar "praktik tak wajar" yang ia curigai.
Konteks Pertarungan, Dakwaan Berat yang Menjadi Pertaruhan
Untuk memahami mengapa Nikita rela mengambil risiko sebesar ini, kita perlu melihat kembali apa yang sedang ia pertaruhkan. Posisinya bukan main-main. Ia tengah menghadapi dua dakwaan serius dari Jaksa Penuntut Umum.