Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Cryptocurrency Pilihan

Indonesia Demam Kripto Lagi

23 Juli 2025   07:00 Diperbarui: 22 Juli 2025   11:25 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi cryptocurrency (IDN Times/Aditya Pratama) 

Coba rasakan denyut nadinya. Di sebuah sudut warung kopi di Jakarta, seorang barista muda diam-diam mengecek grafik hijau di ponselnya sambil menunggu pesanan. Di grup WhatsApp keluarga, seorang om yang biasanya hanya mengirim ucapan selamat pagi, kini bertanya, "BTC bakal tembus berapa lagi ya?". Di lift kantor, dua eksekutif muda tidak lagi membahas target kuartalan, tapi potensi koin altcoin terbaru.

Suasananya terasa elektrik. Sebuah demam kolektif, yang ditenagai oleh harapan dan kecemasan, sedang melanda Indonesia sekali lagi. Ini adalah demam Kripto 2025.

Dan ini bukan sekadar perasaan. Angka-angka di baliknya begitu besar, hingga sulit untuk diabaikan. Bayangkan ini: hanya dalam lima bulan pertama tahun 2025, uang senilai Rp194,48 triliun berpindah tangan di pasar kripto Indonesia. Uang sebanyak itu cukup untuk membangun lebih dari 1.500 kilometer jalan tol atau membiayai puluhan proyek strategis nasional. Euforia ini memuncak pada bulan Mei, di mana nilai transaksi menembus Rp49,57 triliun dalam sebulan saja.

Ini bukan lagi sekadar hobi segelintir tech-savvy. Ini adalah sebuah gelombang tsunami finansial yang menyeret jutaan orang di dalamnya. Pertanyaannya bukan lagi "apakah kripto itu nyata?", melainkan "apa yang sebenarnya sedang terjadi, dan ke mana bahtera besar ini akan membawa kita semua?"

Demam kripto 2025 melanda Indonesia dengan transaksi Rp194T & 15 juta investor. Di balik euforia, penting untuk waspada risiko di tengah harapan. - Tiyarman Gulo

Pesta Belum Usai, Justru Makin Ramai

Jika kita bertanya pada para pelaku industri, jawabannya seragam: langit cerah membentang. PT Central Finansial X (CFX), salah satu bursa kripto terkemuka di tanah air, melihat ini sebagai sebuah era keemasan.

"Tren pertumbuhan ini luar biasa positif," ungkap Subani, Direktur Utama CFX, dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada 21 Juli 2025. "Kenaikan jumlah konsumen dan nilai transaksi ini adalah cermin bahwa masyarakat semakin menerima dan menjadikan aset kripto sebagai salah satu pilihan instrumen investasi."

Optimisme Subani sangat beralasan. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi saksinya.

  • Ledakan Pengguna. Jumlah investor kripto di Indonesia meroket dari 12,92 juta orang di awal tahun menjadi 14,78 juta orang pada bulan Mei. Artinya, dalam lima bulan, ada hampir 2 juta orang baru yang memberanikan diri masuk ke arena ini. Itu setara dengan seluruh populasi kota Bekasi yang tiba-tiba memutuskan untuk membeli kripto.

  • Transaksi yang Menggila. Rata-rata transaksi harian di bursa seperti CFX yang biasanya berkisar Rp1 triliun, sempat melonjak hingga Rp3 triliun dalam sehari. Ini menunjukkan betapa likuid dan panasnya pasar saat ini.

Puncak dari semua ini adalah sang raja kripto itu sendiri, Bitcoin. Harganya berhasil mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, menembus level psikologis $122.780 per koin, atau setara dengan Rp2 miliar. Sebuah angka yang beberapa tahun lalu hanya ada dalam mimpi paling liar para investor.

Melihat data ini, mudah untuk ikut terbawa dalam euforia. Pesta sedang berlangsung meriah, musiknya menggelegar, dan semua orang tampak bahagia.

Siapakah 15 Juta Orang Ini?

Namun, mari kita jeda sejenak dari angka-angka triliunan itu dan bertanya: siapa sebenarnya 14,78 juta orang ini? Mereka bukan sekadar statistik. Mereka adalah wajah dari Indonesia modern.

Mereka adalah mahasiswa yang menyisihkan sebagian uang kiriman orang tua, berharap bisa melipatgandakannya untuk membayar uang kuliah atau sekadar membeli gadget idaman.

Mereka adalah pekerja kantoran generasi milenial yang merasa gaji bulanan tidak akan pernah cukup untuk membeli rumah, dan melihat kripto sebagai satu-satunya jalan pintas yang tersedia.

Mereka adalah para pengemudi ojek online dan pedagang pasar yang mendengar kisah sukses dari mulut ke mulut, dan menaruh harapan pada aset digital untuk mengubah nasib.

Mereka adalah ibu rumah tangga yang belajar dari YouTube, mencoba peruntungan dengan "uang dapur" dengan harapan bisa menambah pemasukan keluarga.

Gelombang baru investor ini didorong oleh kombinasi kuat antara aksesibilitas dan aspirasi. Dulu, investasi adalah dunia yang eksklusif, penuh istilah rumit dan butuh modal besar. Hari ini, dengan puluhan aplikasi di genggaman, siapapun bisa membeli Bitcoin semudah memesan makanan. Teknologi telah mendemokratisasi akses, namun apakah ia juga telah mendemokratisasi pemahaman akan risikonya?

Mesin Penggerak di Balik Ledakan

Ledakan ini tidak terjadi dalam ruang hampa. Ada tiga mesin pendorong utama yang bekerja serentak, menciptakan badai sempurna untuk pertumbuhan kripto di tahun 2025.

  1. Efek Salju dari Rekor Harga Bitcoin. Tidak ada iklan yang lebih kuat daripada harga yang meroket. Ketika Bitcoin menembus Rp2 miliar, berita itu ada di mana-mana. Ini menciptakan efek FOMO (Fear of Missing Out) yang masif. Orang-orang yang tadinya ragu mulai berpikir, "Jika saya tidak masuk sekarang, saya akan ketinggalan selamanya." Kenaikan harga melahirkan lebih banyak pembeli, yang kemudian mendorong harga naik lebih tinggi lagi.

  2. Stempel Legitimasi dari Regulator. Kehadiran OJK dalam mengawasi industri ini, meski masih dalam tahap awal, memberikan rasa aman yang sebelumnya tidak ada. Masyarakat merasa lebih percaya untuk menaruh uang mereka di platform yang setidaknya "terlihat" diawasi oleh pemerintah. Ini mengurangi citra kripto sebagai "wild west" atau dunia koboi tanpa hukum.

  3. Gesekan yang Nyaris Nol. Proses pendaftaran, deposit, dan jual-beli yang semakin mulus adalah game-changer. Anda tidak perlu lagi menjadi seorang ahli IT untuk memiliki aset digital. Pengalaman pengguna yang intuitif di aplikasi-aplikasi seperti CFX membuat hambatan masuk menjadi sangat rendah, mengundang jutaan orang yang sebelumnya hanya bisa menjadi penonton.

Pertanyaan yang Jarang Diajukan di Tengah Euforia

Sekarang, mari kita bicara tentang apa yang tidak banyak dibicarakan di tengah pesta. Di balik setiap kisah sukses "mendadak kaya", ada ribuan kisah sunyi tentang kerugian yang menyakitkan. Di sinilah kita harus bersikap kritis.

Pertanyaan 1 Apakah Ini Pertumbuhan Sehat atau Gelembung Euforia?

Pasar kripto terkenal dengan volatilitasnya. Kenaikan 39,2% dalam sebulan memang terdengar fantastis, tapi sejarah mengajarkan kita bahwa penurunan dengan persentase serupa juga sangat mungkin terjadi. Seberapa banyak dari 15 juta investor ini yang siap secara mental dan finansial jika pasar tiba-tiba berbalik arah? Apakah mereka berinvestasi berdasarkan analisis fundamental, atau hanya ikut-ikutan hype di media sosial?

Pertanyaan 2 Siapa yang Paling Rentan?

Ketika gelombang pasang datang, semua perahu terangkat. Tapi ketika surut, perahu-perahu kecil tanpa jangkar yang kuat akan terseret ke laut. Investor pemula dengan literasi keuangan rendah adalah yang paling berisiko. Mereka mudah tergiur oleh janji keuntungan cepat dan seringkali menjadi korban terakhir yang membeli di puncak harga, sebelum para pemain besar merealisasikan keuntungan mereka.

Pertanyaan 3 Seberapa Kuat Jaring Pengamannya?

Meskipun regulasi sudah ada, lanskap kripto masih penuh dengan ranjau. Mulai dari skema pump-and-dump yang didalangi influencer, peretasan bursa, hingga penipuan berkedok investasi. Apakah perlindungan konsumen sudah sepadan dengan kecepatan pertumbuhan industrinya?

Bukan Tentang Menghindar, Tapi Tentang Cara Berselancar

Melihat data dan fenomena ini, pesan utamanya bukanlah "Jauhi Kripto!". Itu adalah pesan yang naif dan mengabaikan potensi teknologi yang ada di baliknya. Pesan yang lebih bijak adalah: "Pahami arenanya sebelum Anda bertanding."

Ledakan kripto 2025 di Indonesia adalah sebuah cerminan dari masyarakat yang sedang berubah, masyarakat yang mendambakan kemakmuran, melek digital, dan berani mengambil risiko. Angka Rp194 triliun dan 15 juta investor adalah bukti tak terbantahkan bahwa aset digital telah menjadi bagian dari realitas ekonomi kita.

Tantangannya sekarang adalah memastikan pesta ini tidak berakhir dengan bencana. Ini adalah panggilan bagi para investor untuk membekali diri dengan pengetahuan, bukan hanya modal. Ini adalah panggilan bagi regulator untuk menciptakan ekosistem yang aman, bukan hanya besar. Dan ini adalah panggilan bagi kita semua untuk memandang kripto dengan kacamata yang seimbang: melihat potensinya yang luar biasa, sambil tetap waspada terhadap risikonya yang sama besarnya.

Pesta memang sedang meriah. Pertanyaannya, apakah Anda datang untuk menikmati musiknya dengan bijak, atau untuk berjudi dengan seluruh tabungan Anda di lantai dansa? Jawaban atas pertanyaan itu akan menentukan apakah Anda akan pulang dengan senyuman atau dengan penyesalan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cryptocurrency Selengkapnya
Lihat Cryptocurrency Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun