Mbak Sarah di Customer Service. Dulu, ia dengan sabar melayani ratusan telepon dan keluhan setiap hari. Kini, ribuan chat dan panggilan pertama ditangani oleh chatbot AI yang punya kesabaran tak terbatas. Manusia baru dilibatkan jika masalahnya sangat kompleks.
Budi, sang Copywriter. Tugas membuat 10 variasi caption Instagram atau draf email marketing yang dulu butuh waktu satu jam, kini bisa diselesaikan ChatGPT dalam 30 detik.
Tim Analis Keuangan Junior. Laporan keuangan setebal bantal, analisis tren pasar, dan prediksi risiko yang dulu dikerjakan oleh satu tim, kini bisa diolah oleh satu software AI dalam hitungan menit, lengkap dengan visualisasi data yang ciamik.
Rina, Desainer Grafis. Membuat logo sederhana, merancang feed media sosial, atau bahkan mengedit video pendek kini bisa dibantu, atau bahkan sepenuhnya diambil alih, oleh tools seperti Canva AI, Adobe Firefly, dan RunwayML.
Staf HRD Bagian Perekrutan. Proses screening ribuan CV untuk menemukan kandidat yang cocok kini 90% dilakukan oleh sistem AI, yang menyaring berdasarkan kata kunci dan kualifikasi.
Jika pekerjaanmu melibatkan tugas yang berpola, repetitif, dan berbasis data, kamu sedang berada di barisan terdepan yang merasakan guncangan ini.
Bukan Ramalan, Ini Angka di Atas Kertas yang Bikin Merinding
Jika cerita di atas masih terasa anekdotal, mari kita lihat data yang disajikan oleh lembaga-lembaga riset global. Anggap saja ini laporan dari badan meteorologi yang memprediksi datangnya badai kategori 5.
Laporan dari Goldman Sachs dan McKinsey menyebutkan.
Sekitar 300 juta pekerjaan di seluruh dunia berpotensi terganggu atau tergantikan oleh gelombang AI generatif.
Hampir satu dari empat tugas di berbagai sektor pekerjaan dapat sepenuhnya diotomatisasi.
Perusahaan-perusahaan besar berpotensi menghemat miliaran dolar dari efisiensi ini. "Penghematan" bagi mereka, sering kali berarti "pengurangan tenaga kerja" bagi kita.