Direktur Sales & Distribution BSI, Anton Sukarna, menegaskan bahwa keunikan mereka adalah nilai-nilai syariah. "Ini menjadi diferensiasi kami," ujarnya. BSI tidak hanya menjual produk, tetapi juga identitas. Mereka menyasar nasabah yang loyal karena kesamaan nilai, yang cenderung lebih stabil dan tidak mudah pindah hanya karena selisih bunga 0,1%.
Strategi mereka diperkuat dengan acara seperti BSI International Expo, di mana mereka tidak hanya berjualan, tapi membangun komunitas dan mengakuisisi nasabah baru secara massal di satu lokasi. Ini adalah cara cerdas untuk memperkuat basis dana ritel yang berbiaya rendah.
Jurus 3: "Pertahanan Benteng" ala Bank Jakarta
Lalu ada Bank Jakarta (sebelumnya Bank DKI) yang mengambil posisi lebih defensif. Direktur Utama mereka, Agus H Widodo, mengakui dengan jujur, "Tantangan dana murah itu semakin berat, persaingannya ketat."
Alih-alih jor-joran menyerang, fokus mereka bergeser ke dalam menjaga likuiditas dan kualitas aset. Ini adalah sinyal yang sangat penting. Bank Jakarta sadar bahwa di tengah situasi ekonomi yang menantang, menyalurkan kredit secara agresif bisa menjadi bumerang. Risiko kredit macet (NPL) meningkat.
"Fokus kami sekarang itu menjaga likuiditas... jangan sampai kualitas aset merosot," kata Agus. Mereka bahkan sampai pada titik di mana penyaluran kredit mulai sedikit "direm". Prioritasnya bukan lagi tumbuh secepat-cepatnya, tapi bertahan sekuat-kuatnya.
Lalu, Apa Artinya Perang Ini Bagi Kantong Kita?
Drama di kalangan para bankir ini mungkin terdengar jauh dari kehidupan kita. Tapi dampaknya terasa langsung, baik positif maupun negatif.
Sisi Terang (Keuntungan Jangka Pendek)
Sebagai nasabah, kitalah yang sedang diperebutkan. Ini berarti kita berada di posisi yang diuntungkan. Bank-bank akan berlomba-lomba memberikan penawaran terbaik. Inilah saatnya untuk menjadi nasabah yang cerdas, bandingkan promo, manfaatkan cashback, dan jangan ragu untuk memindahkan danamu jika ada penawaran yang lebih baik.
Sisi Gelap (Risiko Jangka Panjang)
Sinyal "rem kredit" dari Bank Jakarta adalah pertanda yang harus kita waspadai. Jika semakin banyak bank yang mengambil sikap defensif karena sulit mendapatkan dana murah, maka,
Akses Kredit Makin Sulit. Mengajukan KPR, kredit mobil, atau pinjaman modal usaha bisa menjadi lebih sulit dan prosesnya lebih ketat.
Bunga Pinjaman Bisa Naik. Untuk menutupi biaya dana yang mahal, bank mungkin akan menaikkan suku bunga kreditnya.
Roda Ekonomi Melambat. Kredit adalah oli bagi mesin ekonomi. Jika aliran kredit tersendat, ekspansi bisnis akan terhambat, daya beli bisa semakin menurun, dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan bisa terancam.