Mohon tunggu...
Tiyarman Restu Putra Gulo
Tiyarman Restu Putra Gulo Mohon Tunggu... Penulis - Law dan Freelancer, 2 hal yang hampir mirip! | tiyarmangulo.blogspot.com
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis itu penting, biar gak lupa! Karena faktanya otak cuma bisa nyimpan 1/8 data yang diterima, habis itu lupa! | my blog: tiyarmangulo.blogspot.com | ig: @tiyarmangulo | wa: 0838-6723-2928

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dampak Negatif dan Konsekuensi Jangka Panjang dari Tingginya Angka Putus Sekolah

5 Mei 2023   10:32 Diperbarui: 5 Mei 2023   11:02 3882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sc: bpkpenabur.or.id

Putus sekolah merupakan masalah yang sering terjadi di banyak negara, termasuk Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi sekolah di Indonesia masih rendah. 

Tingkat partisipasi sekolah pada usia 7-15 tahun mencapai 97,6 persen, sedangkan tingkat partisipasi sekolah pada usia 16-18 tahun hanya mencapai 67,8 persen. Tingginya angka putus sekolah memunculkan dampak negatif yang luas pada individu, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan.

Dampak negatif pertama dari tingginya angka putus sekolah adalah menurunnya kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif. 

Tingginya angka putus sekolah menyebabkan sumber daya manusia yang dihasilkan kurang berkualitas dan kurang siap menghadapi persaingan global. Sumber daya manusia yang kurang berkualitas akan mempengaruhi produktivitas ekonomi secara keseluruhan. 

Selain itu, sumber daya manusia yang kurang berkualitas cenderung mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga kemungkinan untuk hidup sejahtera dan mandiri pun menjadi semakin kecil.

Dampak negatif kedua dari tingginya angka putus sekolah adalah peningkatan kemiskinan dan ketidaksetaraan sosial. Pendidikan memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mengurangi kemiskinan. 

Namun, tingkat putus sekolah yang tinggi berdampak pada penurunan kualitas pendidikan yang disediakan, dan pada gilirannya memperburuk kondisi kemiskinan dan ketidaksetaraan sosial. 

Orang-orang yang putus sekolah cenderung mengalami kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang layak, dan akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka dan keluarga mereka. Akibatnya, orang-orang yang putus sekolah menjadi rentan terhadap kemiskinan dan kesulitan sosial.

Dampak negatif ketiga dari tingginya angka putus sekolah adalah meningkatnya risiko kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang putus sekolah memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku. 

Hal ini dapat disebabkan oleh rasa putus asa dan perasaan rendah diri yang seringkali dirasakan oleh anak-anak yang putus sekolah. Kondisi ini dapat berdampak pada kesehatan mental individu tersebut hingga ke tahap dewasa.

Dampak negatif keempat dari tingginya angka putus sekolah adalah meningkatnya risiko kriminalitas dan perilaku merusak. Orang-orang yang putus sekolah cenderung mengalami kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang layak, dan pada akhirnya memilih untuk bekerja secara informal atau bahkan terlibat dalam tindakan kriminal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun