Mohon tunggu...
Hanantiwi Adityasari
Hanantiwi Adityasari Mohon Tunggu... -

Suka motret, jalan-jalan, dan minum teh.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Curhat tentang Batik

5 Februari 2010   18:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:04 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini saya membaca tulisan tentang batik di KOMPAS Female. Dalam tulisan itu disinggung mengenai perbedaan batik asli dan tekstil bermotif batik. Diterangkan pula tentang sembilan jenis batik yang dikategorikan sebagai batik asli. Segala jenis kain batik yang diproduksi dengan teknik perintang warna menggunakan malam termasuk batik asli. Jadi, bukan hanya batik tulis yang dikerjakan dengan menggunakan canting. Batik cap pun tergolong batik asli. Bahkan, batik kombinasi printing dan tulis atau cap pun masih tergolong sebagai batik asli. Namun, sepertinya sangkaan orang tentang batik asli keburu merujuk pada batik yang mahal. Padahal, batik berharga mahal adalah batik tulis halus yang dikerjakan secara manual, dalam waktu yang cukup lama, dengan keterampilan membatik yang baik, dan proses pewarnaan yang tidak hanya sekali celup. Batik jenis ini memang tinggi harganya. Tapi, hal itu sebanding dengan waktu, tenaga, dan kreativitas yang telah dicurahkan pada selembar kain indah tersebut. Lain dari batik jenis ini, batik cap ataupun kombinasi—yang masih termasuk dalam kategori asli—tidak terlalu mahal harganya. Masih terjangkau untuk kantong saya yang seorang karyawan dengan gaji pas-pasan. Asal tau saja, harga batik cap atau kombinasi hanya sedikit lebih mahal dibanding harga tekstil bermotif batik. Lagi pula, jika diperhatikan lebih seksama, kualitas kain batik cap lebih baik disandingkan dengan tekstil bermotif batik. Kain katun bakal batik cap terasa lebih nyaman dipakai dan dapat menyerap peluh yang dikeluarkan oleh tubuh kita. Saya pikir selisih harga yang ada sangat bisa dimengerti. Bukan saja mendapat kualitas yang lebih baik, dengan membeli batik yang termasuk dalam sembilan kategori batik asli dalam tulisan tersebut, berarti kita telah ikut berperan serta dalam pengembangan UKM dan memberi napas bagi kehidupan perajin batik tradisional.

Saya tidak setuju jika ada yang bilang bahwa orang yang tidak berduit tidak bisa mengenakan batik asli. Seperti dijelaskan dalam tulisan yang saya baca, tersedia beberapa jenis batik yang tergolong “asli”, dengan harga terjangkau. Sama sekali tidak harus mengenakan batik mahal! Mungkin, dengan mengurangi jatah beli rokok atau pulsa telepon, kita sudah bisa membeli batik yang dikerjakan dengan proses warna dengan perintang malam—daripada membeli tekstil bermotif batik. Lagi pula, tidak ada salahnya mewujudkan rasa penghargaan kita akan warisan budaya asli Indonesia dengan mengeluarkan rupiah agak lebih banyak dari biasanya. Bagaimana?

Oh iya, batik cap atau kombinasi sering kali agak sulit dibedakan dari tekstil bermotif batik. Untuk memastikan Anda mendapatkan batik asli, silakan mengendus kain yang akan dibeli. Aromanya sedap, tidak berbau minyak seperti kebanyakan kain bikinan pabrik. Lalu, lihatlah sisi kebalikannya. Batik yang dibuat dengan proses perintang warna dan pencelupan akan memiliki tampilan sisi luar dan dalam yang tidak jauh berbeda. Bahkan, kadang sulit dibedakan antarkeduanya. Selamat berburu batik! ;-)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun