Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pamer di Kampung Saja

13 April 2022   10:21 Diperbarui: 13 April 2022   10:45 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam salah satu pentasnya di kota Yogyakarta, seniman pantomin Jemek Supardi pernah berujar, "Orang-orang ini aneh, setahun kerja di Jakarta, saat tiba waktu lebaran pulang ke kampung minta maafnya di kampung, lha bikin salahnya kapan?".  

Pada kesempatan tersebut, Jemek juga mengkritisi para pemudik yang senantiasa berpakain baru dan mahal, hingga membawa uang pun, uang yang masih baru.  Akibatnya orang-orang di kampung menganggap semua sanak saudara yang merantau ke kota hidupnya makmur belaka.  Jadi jangan salahkan jika hasrat untuk urbanisasi teramat sulit untuk dibendung.

Sesungguhnya arti kata pamer adalah, menunjukkan atau mendemonstrasikan sesuatu yang dimiliki kepada orang lain dengan maksud memperlihatkan kelebihan atau keunggulan untuk menyombongkan diri.

Kasus-kasus yang menjadi contoh di atas pada hakekatnya bukanlah pamer dengan maskud untuk menyombongkan diri, melainkan semata-mata agar dirinya tidak menjadi sasaran belas kasihan dan atau dipandang dengan sebelah mata oleh orang lain.  Karena tak bisa dipungkiri, masih banyak individu-individu di bumi pertiwi ini yang mempunyai kebiasaan aneh, yaitu cenderung memandang rendah kepada orang yang hidupnya kurang beruntung.  

Akibatnya, orang miskin atau orang bodoh, siap-siap saja menjadi warga negara kelas tiga yang acapkali diremehkan keberadaannya dalam pergaulan social.

Hampir mirip dengan kasus di atas, budaya menunjukkan keunggulan yang kerap ditunjukkan para pekerja bagian pemasaran atau motivator, juga tak elok jika dipadankan dengan budaya pamer dalam rangka menyombongkan diri.  

Oleh sebab, kelompok ini melakukannya demi mendapatkan perhatian dari khalayak, demi membuktikan dirinya sukses dalam menjalankan pekerjaannya sehingga secara langsung akan mudah untuk mencari pengikut.  Sebab sasaran para tenaga pemasaran dan motivator adalah mencari pengikut sebanyak-banyaknya.

Jadi alangkah baiknya, jika kita memiliki banyak keunggulan, janganlah dipamerkan demi menyombongkan diri, cukuplah agar kita tak menjadi sasaran belas kasihan orang lain saja.  

Sebab, menurut tutur John F. Kennedy, orang yang dilimpahi banyak anugerah, dituntut untuk lebih berbuat banyak kebajikan.  Bukan semata-mata hanya menyombongkan diri atau pamer belaka.

Di sisi lain, jika kita mendapati atau melihat orang atau teman kita yang berlaku pamer, abaikan saja, karena kita tak tahu apa tujuannya.  Jika kita menganggapnya pamer untuk menyombongkan diri, ternyata jauh di lubuk hatinya bukan, maka serta merta kita telah salah menilai orang.

Dan dalam ajaran agama juga disarankan, agar kita tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menimbulkan rasa iri bagi orang lain.  Sebab suka atau tidak suka, jika kita pamer, terlepas dari apa pun tujuan kita akan berisiko membuat satu dua atau tiga orang akan merasa iri.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun