Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menjadi Baik Itu Gampang atau Susah?

30 Oktober 2020   16:06 Diperbarui: 31 Oktober 2020   04:44 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi meminta pertolongan. (sumber: unsplash.com/thomascl)

Sebuah pendidikan guna mendapat sertifikasi bagi calon pengacara, diikuti sekurangnya oleh enam puluh calon pengacara dari berbagai usia, dan rata-rata tampak mapan, baik dari segi jasmani maupun rohani. Seperti biasa, tatkala tiba jam istirahat makan, para pesertanya berhamburan bagaikan kelereng ditumpahkan dari kotaknya. 

Di antara kerumunan para peserta yang berebutan antri mengambil nasi kotak, terdapatlah seorang calon pengacara muda usia yang tak pernah sekalipun mengambil jatah makannya.

Setelah penasaran mengamati sekitar seminggu lamanya, seorang peserta lain yang kebetulan calon pengacara namun berusia sekurangnya satu setengah kali dari si pemuda bertanya dengan penuh keheranan. Dengan santai sang pemuda menjawab,

"Biarlah, makanan jatah saya nanti diambil oleh para petugas yang bekerja di sini. Kan lumayan bisa dibawa pulang untuk anak istrinya di rumah. Saya makan di warteg depan saja.", sambil menunjuk warung Tegal kumuh yang berada di depan tempat diklat di salah satu jalan kota Jakarta tersebut.

Sang calon pengacara yang beranjak tua tercekat, dan sejak itu serta merta ikut tidak mengambil jatah makannya dan memilih makan di warung sekitar juga.

Sekitar setahun lalu, sebelum wabah covid melanda negeri ini, di sebuah perempatan lampu merah di kota Tangerang, beberapa saat setelah lampu menyala hijau, seorang gadis manis berusia muda dengan pakaian minim tampak keluar tergopoh-gopoh dari pintu belakang sebuah mobil. Di tangannya terlihat sekotak makanan yang disinyalir berisi nasi beserta teman-temannya. 

Si pengacara di atas yang sudah menua, namun masih tertarik melihat gadis muda berpakaian seadanya mengikuti ke mana arahnya gadis dengan sekotak makanan tadi. 

Di kejauhan tampak seorang bapak tua berpakaian lusuh, sedang menuntun sepeda dengan keranjang di belakang yang berisi tumpukan kayu bekas, berjalan terseok-seok.

Ternyata bapak tua tersebutlah sasaran pelarian si gadis minim pakaian namun "maksi" kebaikan. Sang pria uzur malu bukan buatan dengan mata tuanya yang masih nakal dan tak tahu malu, sekaligus tak tahu diri tersebut. Masih jelalatan melihat anak gadis rupawan yang seusia dengan anaknya di rumah.

Masih di salah satu ruas jalan di kota Tangerang, namun berada di dalam lokasi komplek perumahan mewah, tampak seorang penjual kerupuk penyandang disabilitas tuna netra menggelar dagangannya di trotoar di bawah kerindangan pohon mahoni.

Di depannya mobil dan motor berlalu lalang dengan kecepatan sedang cenderung tinggi, sehingga untuk orang yang mau berpikir logis, kemungkinan besar tak akan sudi berdagang di tempat tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun