Aku tidak punya segalanya.
 Tidak punya kekuatan yang sempurna. Tidak punya hidup yang mulus. Bahkan, tidak selalu punya semangat yang penuh.
Tapi satu hal yang kupunya  inervelegnsi.
Sebuah kekuatan yang lahir di ruang paling sunyi.
 Saat dunia menekan, saat hati pecah, saat semua yang kuandalkan runtuh,
 Tuhan hadir... bukan dalam suara guntur, tapi dalam bisikan lembut yang hanya bisa dirasa jiwa.
Dunia tidak pernah berhenti memberi tatangan.
 Entah itu luka dari masa lalu, rasa takut yang muncul di malam hari, atau tekanan hidup yang membuatku ingin menyerah.
Tatangan itu datang dengan wajah yang berbeda-beda:
 Masalah keluarga, gagal percaya diri, kehilangan arah, dihianati, diminta kuat padahal hati sudah lelah.
Tapi justru di tengah semua itu, aku mulai mengenal inervelegnsi.
Ia bukan kehebatan luar.
 Ia adalah tangan Tuhan yang bekerja diam-diam di balik air mata.
Ia hidup dalam: